Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Burung Kolibri dari Gading Gajah

12 September 2025   15:15 Diperbarui: 12 September 2025   15:10 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Bundaku menyimpan sihirnya di pernak-pernik yang mahal, dan dia mengeluarkannya untuk memamerkan kekuatannya setiap kali aku datang berkunjung.

Benda sihir terbarunya adalah seekor burung kolibri, diukir dari gading, dengan batu delima merah tertanam di tenggorokannya. Sungguh, burung kolibri gading itu adalah sebuah karya seni yang indah, tapi yang terpikir olehku hanyalah tentang seekor gajah yang telah mati agar para pemburu dapat mengambil gadingnya.

"Perhatikan," katanya padaku.

Batu delima di tenggorokan burung kolibri gading bersinar, dan burung artifisial itu terbang cepat melintasi ruangan, tertarik dengan lukisan bunga sakura zaman Muromachi. Bunda tertawa melihat kebingungan burung itu saat mencoba minum dari bunga dua dimensi.

Melihat ekspresi muramku, bundaku mengerutkan kening. "Ada apa? Waktu kamu masih kecil, kamu suka melihat sihir Bunda."

"Tidak ada yang salah," aku memaksakan senyum. Bunda bermaksud baik. Dia pulang dari berkeliling dunia dan membawa masuk koleksinya secara sah dan membayar pajak sesuai aturan, dan mengatakan sesuatu tentang burung itu tidak akan membuat gajah yang diambil gadingnya hidup kembali.

Burung kolibri itu mendarat di telapak tangan Bunda yang terulur. Cahaya kemerahan batu delima meredup, dan patung ukiran burung itu kehilangan kemampuannya untuk bergerak. Aku mengulurkan tangan untuk menyentuh burung kolibri itu, tapi Bunda menarik tangannya.

"Menyentuh burung itu akan mematahkan ilusi itu."

Bunda tidak pernah membiarkanku menyentuh pernak-perniknya. Dia selalu punya alasan.

Dulu, dia sering bilang padaku bahwa aku masih terlalu muda, tapi sekarang yang dia sebut hanyalah keajaiban, ilusinya yang paling penting. Bunda mengelilingi dirinya dengan karya seni yang indah dan mengabaikan dunia luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun