Aku memulai cerita ini dengan mengatakan Poltak pembohong. Poltak benar-benar pembohong jika kalian pernah mengenalnya, tapi aku akan ditembak dan digantung jika membiarkan dia lolos dengan kebohongannya.
Dia pria yang lucu, si Poltak. Lucu sekali. Jadi saat dia menceritakan padaku bagaimana Nona Arumi, wanita baik di sebelah - bahwa wajannya bisa mengetahui bagaimana seseorang akan mati, aku menyuruhnya untuk lanjut bercerita.
***
1963
Roti panggang kakek Nona Arumi memiliki pola petir yang menyambar di salah satu sisinya. Menurut mereka itu bagus. Mereka berfoto dengannya, karena apa lagi yang bisa dilakukan di tahun lima puluhan. Terkena TBC?
Kakek Nona Arumi menganggapnya bagus, menampar istrinya karena bersikap kasar, dan pada saat itu menampat istri tidak masalah, lalu pergi bekerja. Dalam perjalanan pulang dia tersambar petir dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Renyah seperti roti panggangnya.
***
1983
Wajan kakek Nona Arumi memiliki pola - yang menempel di dasar wajan setelah dipakai memasak - mirip simbol palang merah. Dalam perjalanan pulang kerja, seorang pria membuat bagian depan ambulans ringsek dengan wajahnya.
***