Muncul setelah perjalanan tak berwaktu melalui lubang hitam di luar angkasa yang dikenal sebagai wormhole Black Vanta-42, Â "O, oh! Aku rasa kita salah mendarat di alam semesta paralel," seru Perwira Riset Senior Mahiwal Linukh.
"Apa yang Anda bicarakan, Chief?" tanya pembantu letnan satu Vikram Dewandaru. "Kita berteleportasi ke tempat yang seharusnya, lobi Gedung Kedutaan Besar Bumi Planet Thohiohiri."
"Menurutku tidak, Vik. Lihatlah bukti kontekstualnya."
"Apa?"
"Kamu belajar Teori Kuantum di akademi, tidak? Setiap kali berteleportasi, kita keluar dari alam semesta fisik kita untuk sementara. Ini jarang terjadi, tetapi kadang-kadang, ketika mundur selangkah, bisa berakhir di alam semesta kuantum paralel. Secara umum sudah jelas kapan hal itu terjadi. Lihatlah seragam mereka. Mereka memiliki arloji komunikasi yang berbeda tipe dengan kita. Setiap kali aku berteleportasi, aku selalu memverifikasi bahwa aku masih menjaga kontinuitas kuantumku. Ada banyak petunjuk. Misalnya, perbedaan gaya rambut, jenis musik, acara di holovisi. Kebanyakan orang yang sama ada di kedua alam semesta, tapi detail sejarahnya mungkin berbeda."
Saat itu, prajurit Luna Cinta lewat dan tersenyum. "Hei, Vik. Jangan lupa, kamu janji menjemputku jam 19.00."
Dia memberinya lambaian genit dan berlalu.
"Wow," seru Vikram Dewandaru sambil tersenyum. "Luna berbicara kepadaku di alam semesta ini. Bahkan sepertinya kami ngedet nanti malam. Aku rasa aku lebih menyukai alam semesta ini daripada alam semesta kita. Mungkin aku akan tinggal sebentar."
"Aku rasa Vikram Dewandaru di alam semesta kuantum ini tidak akan menghargai hal itu. Selain itu, kita perlu kembali ke alam semesta kita sebelum kohesi struktural kita mulai rusak."
"Apa kita?"