Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Semut dan Belalang

14 Juli 2025   08:08 Diperbarui: 14 Juli 2025   07:29 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Pernah dengar kisah "Semut dan Belalang"? Sejarah pencapaian manusia adalah sejarah yang mengatakan "seandainya kita tahu". Andai saja kita tahu pestisida berbahaya bagi mamalia. Andai saja kita tahu asbes menyebabkan kanker paru-paru. Seandainya kita tahu timbal menjadi racun untuk saraf.

Namun sekarang saya menjalani kehidupan yang sebaliknya. Andai saja saya tidak pernah tahu.

Kalau saja saya tidak pernah tahu, saya bisa saja bahagia. Seandainya saya tidak pernah mengetahui bahwa umat manusia tidak pernah belajar, bahwa umumnya manusia akan dengan tegas menolak menjadi seekor semut, bahwa ia hanya bisa menjadi belalang.

Mungkin, kalau saja saya bisa belajar minum seperti teman-teman saya, berpesta pora seperti teman satu kamar indekos.... Kalau saja saya bisa dengan senang hati mempelajari ilmu-ilmu yang gampang yang tidak terelalu berarti daripada ilmu-ilmu yang sulit. Seandainya saya bisa meyakinkan diri saya sendiri bahwa kebahagiaan adalah hak saya, bukan sesuatu yang ingin  saya gapai. Jika saya tidak membaca "Harrison Bergeron" Kurt Vonnegut, jika saya tidak berusaha untuk menjadi dia, saya juga bisa bahagia. Saya bisa berada di luar sana, merayakannya bersama orang banyak yang mencoba memuja nama saya.

Tapi tidak.

Saya harus menjadi polimatik. Saya harus menemukan asteroid yang menyebabkan bumi kiamat. Saya harus mengalahkan upaya pemerintah yang menghalang-halangi kebenaran mengumumkannya kepada dunia. Dan kemudian saya harus menjadi orang yang menciptakan backstepper, mesin pelangkah mundur. Dan ketika saya mengaktifkannya, dan bumi beserta seluruh isinya melompat mundur sepuluh tahun ke masa lalu, mereka akan sama bahagianya seperti sepuluh tahun terakhir, tanpa mengetahui apa pun tentang kehancuran yang akan terjadi.

Saya - hanya saya seorang - hanya saya yang akan mengetahui bahwa dunia kita akan berakhir dalam sepuluh menit. Saya harus melewati sepuluh tahun itu lagi, untuk menciptakan kembali pelangkah mundur dan menyelamatkan semua belalang saya, lagi ... dan lagi... dan lagi. Kalau saja saya tidak mengetahuinya, maka kita semua bisa mati dalam ketidaktahuan yang membahagiakan.

Tapi saya tahu. Maka, sekali lagi, saya akan hidup, kesepian dalam pengetahuan saya sebelumnya, hidup dalam ketidakpastian, menunggu puja-puji terakhir mereka untuk menyelamatkan mereka semua sekali lagi.

Cikarang, 31 Agustus 2023

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun