Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Kisah Para Ksatria Mawar: 17 Dewi Kirana

13 April 2023   12:30 Diperbarui: 13 April 2023   12:36 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya....

Dewi Kirana datang dari ujung paling timur, melintasi Lautan Ilalang yang luas menuju negeri Mawar.

Dia melintasi kerajaan terjauh, memotong Pegunungan Gading dengan celah ngarai tersembunyi, dan turun melalui Gelegata Hulu, sudah terbentuk sebagai seorang ksatria dengan panji pucat warna jingga saat matahari terbit pertama.

Perisainya diukir dengan lambang Manusia Pucat Lautan Ilalang, dan kudanya memiliki garis-garis hitam putih yang belum pernah dilihat oleh para peternak di Barat. Dia seolah-olah telah berkuda melintasi dunia.

Dewi Kirana bertemu Raja Muda Matahari di jalan di luar Bandar Feniks. Raja Muda menunggang kuda dengan cepat, tanpa barisan pengawal yang tertib, hanya sekelompok prajurit yang keras kepala dan tiga Ksatria Mawar rendah dengan panji pengikut Ksatria Api Salju. Dari pakaian yang mereka kenakan sebagai bersiap untuk perjalanan yang sulit.

Raja Muda Matahari menarik tali kekang tunggangannya dan mengangkat tangan untuk menghentikan Dewi Kirana. Dia berhenti demi kesopanan dan rasa ingin tahu.

"Salam, Ksatria. Saya tidak mengenal panji yang Anda bawa." Raja Muda berbicara dengan sopan santun besi yang hanya bisa dilakukan oleh orang dengan kekuasaan tirani. Suaranya halus, meskipun tak memperkenalkan dirinya atau kelompoknya. "Apakah kamu pengikut Matahari atau Bulan?"

Dewi Kirana menempatkan tangan kanannya dengan acuh tak acuh di gagang pedang panjangnya. "Tidak juga. Panjiku selalu berkibar di bawah bayangan bintang dan siang hari. Siapakah dia yang mempertanyakanku?"

Amarah para pengiring Raja Muda berkobar oleh penghinaan terhadap martabat junjungannya, tetapi tangan Raja Muda Matahari yang terangkat tetap terbuka. "Orang yang mengikuti Matahari, seperti yang dilakukan semua orang yang berpikiran lurus. Apa tujuanmu datang ke negeri tanah Matahari?"

"Aku mencari Samudra Adinda karena mendengar nasib Kstaria Mawar Fifi-Bibah Cendrawasih yang termasyhur."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun