Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hidup Tanpa Arti

18 Februari 2023   20:01 Diperbarui: 18 Februari 2023   20:12 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unit rusunawa yang kumuh dan cuaca buruk. Khas untuk taman-taman kecil di pinggir kota ini. Lambang kota di mobilku menarik perhatian warga yang duduk di tempat teduh di sore yang panas.

Aku merobek amplop itu dan menuangkan kuncinya ke tanganku. Tangganya terasa lembut dan goyah. Kunci berhasil pada percobaan ketiga. Di dalam berbau seperti kematian.

Ruangan kecil panas dan pengap. Sebuah bingkai foto seorang wanita dengan gaun pengantin dan seorang pria dengan tuxedo duduk di atas meja dapur kecil. Piring plastik dan kertas bungkus nasi tergeletak di lantai dalam keranjang sampah.

Aku memakai sepasang sarung tangan karet dan berjalan menuju kamar tidur.

"Hai."

Aku berjalan kembali.

Seorang wanita berdiri di pintu. "Dari suku dinas sosial?"

"Ya."

"Bunyamin nggak punya apa-apa. Dia datang dari kampung di seberang. Dia berkata untuk menjauh dari konflik."

"Ya, mungkin saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun