Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengelana

8 Januari 2023   16:16 Diperbarui: 8 Januari 2023   16:17 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
digitalartsonline.co.uk

Kami pergi ke galeri seni bersama-sama, tetapi ketika melangkah melewati pintu, gandengan tangan kami terlepas dan berkelok-kelok menyusuri lorong yang terpisah. Beginilah cara kami kita bepergian: berangkat bersama tetapi menyusuri dua jalur yang berbeda.

Di jalan-jalan pasar aku mencari kopi gourmet sementara dia mengikuti hidungnya ke keju yang paling bau. Di badan air, aku akan berlama-lama di permukaan cerah yang berwarna-warni sementara dia menyelam ke warna biru dan ungu yang lebih dalam. Saat mendaki aku akan mencari tempat teduh sementara dia mencari matahari.

Akhir-akhir ini, aku bertanya-tanya apakah dia akan pergi selamanya suatu hari nanti. Sekarang aku memata-matai dia di galeri.

Pertama kali aku menemukannya, dia berdiri di depan lukisan seorang wanita tua. Seolah-olah aku telah mengganggu diskusi yang panas, begitulah matanya menatapku. Aku takut untuk bicara.

Lain kali aku menemukannya terjatuh ke labirin lukisan Maurits Cornelis Escher. Dia jatuh ke dalam pusaran dan ruang, dan aku yakin aku tak bisa bertemu dengannya lagi. Aku takut untuk bergerak.

Terakhir kali aku menemukannya berkeliaran di lanskap bukit bukau nan jauh. Tubuhnya begitu kecil di depan, seolah-olah menghilang ke dalam sungai susu hijau. Aku takut untuk bernapas.

Tapi ketika dia berbalik dan menatapku, senyumnya mengembang bagai bukit dan membentang seperti pohon pohon dan meleleh laksana samudra.

Dan ketika dia bertanya, "Ke mana sekarang?" aku meremas tangannya dan berkata, "Ayo pulang."

Bandung, 8 Januari 2023

Sumber ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun