Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kasus Sang Harimau (Bab 44)

2 November 2022   09:00 Diperbarui: 2 November 2022   09:03 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Di tengah jalan Baranangsiang yang sibuk, aku merogoh saku untuk mencari rokok, tetapi hanya menemukan bungkus kosong. Mobilku berhenti di sebuah kios dan membeli sebungkus. Aku baru saja akan melanjutkan perjalanan ketika melihat KIA Picanto tua berhenti di dekat kios penjual sayur di seberang jalan. Nyonya Ria Syarif keluar dari mobil dan masuk ke kios.

Aku menyeberang jalan utama ke KIA, melihat ke kanan dan kiri jalan dengan hati-hati, dan kemudian duduk di kursi penumpang depan.

Aku memeriksa isi mobil. Di rak di belakang kursi belakang ada boneka harimau yang besar, dan di kursi belakang terdapat kotak cokelat persegi, dengan alamat tujuan dan siap untuk diposkan. Jelas seorang wanita yang teliti, Nyonya Ria telah menulis alamat di kotak itu dua kali: sekali di atas kertas dan satu lagi di label kecil yang diikat ke tali.

Di atasnya tertulis:

Rusty Mercenary, Jl. Kemang Timur X-21 Jakarta

Aku menulis nama dan alamat di belakang amplop lama dan menggantinya di kursi belakang. Ketika sedang melakukannya, aku melihat Nyonya Ria datang ke arah mobil. Melihatku di kursi depan, dia berhenti dan menarik napas dalam-dalam.

Aku membuka pintu dan berkata, "Masuklah, Nyonya Ria. Aku sangat ingin berbicara denganmu."

Usahanya untuk bersikap acuh tak acuh tidak berhasil sepenuhnya. "Apa yang kamu lakukan di mobilku?" dia bertanya.

"Menunggumu," jawabku.

Dia tampak bingung dan sangat tidak nyaman. "Kenapa kamu tidak datang ke rumah saya, Tuan Handaka? Mengapa kita harus berbicara di sini ... di dalam mobil saya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun