Di tengah jalan Baranangsiang yang sibuk, aku merogoh saku untuk mencari rokok, tetapi hanya menemukan bungkus kosong. Mobilku berhenti di sebuah kios dan membeli sebungkus. Aku baru saja akan melanjutkan perjalanan ketika melihat KIA Picanto tua berhenti di dekat kios penjual sayur di seberang jalan. Nyonya Ria Syarif keluar dari mobil dan masuk ke kios.
Aku menyeberang jalan utama ke KIA, melihat ke kanan dan kiri jalan dengan hati-hati, dan kemudian duduk di kursi penumpang depan.
Aku memeriksa isi mobil. Di rak di belakang kursi belakang ada boneka harimau yang besar, dan di kursi belakang terdapat kotak cokelat persegi, dengan alamat tujuan dan siap untuk diposkan. Jelas seorang wanita yang teliti, Nyonya Ria telah menulis alamat di kotak itu dua kali: sekali di atas kertas dan satu lagi di label kecil yang diikat ke tali.
Di atasnya tertulis:
Rusty Mercenary, Jl. Kemang Timur X-21 Jakarta
Aku menulis nama dan alamat di belakang amplop lama dan menggantinya di kursi belakang. Ketika sedang melakukannya, aku melihat Nyonya Ria datang ke arah mobil. Melihatku di kursi depan, dia berhenti dan menarik napas dalam-dalam.
Aku membuka pintu dan berkata, "Masuklah, Nyonya Ria. Aku sangat ingin berbicara denganmu."
Usahanya untuk bersikap acuh tak acuh tidak berhasil sepenuhnya. "Apa yang kamu lakukan di mobilku?" dia bertanya.
"Menunggumu," jawabku.
Dia tampak bingung dan sangat tidak nyaman. "Kenapa kamu tidak datang ke rumah saya, Tuan Handaka? Mengapa kita harus berbicara di sini ... di dalam mobil saya?"