Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penyihir Kota Kembang: I. Lahir dari Penderitaan (Part 2)

29 September 2022   20:10 Diperbarui: 29 September 2022   20:13 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Nama beta Andre Sapulete. Beta tahu tentang Anda sekalian dari buku harian mendiang om beta punya. Beta datang jauh-jauh dari Banda ke Paris van Java, mencari kebijaksanaan, mencari bantuan, dari Para Penyihir Agung Kota Kembang. Beta berasal dari garis keturunan Sultan Sulu, Papa beta---"

"Broer, jij tidak perlu mengatakan semua itu. Cukup beri tahu kami apa yang kamu jij inginkan so jij bisa pergi dari sini." Chintami penyihir yang paling ceking berdiri di sebelah kanan Citraloka.

"Tapi," kata pria itu sambil mengangkat kepalanya, "dalam buku harian Om Sandy, dia berkata untuk selalu hormat pada Penyihir Agung, menyampaikan silsilah secara lengkap dan berlutut, tidak boleh melihat wajah Anda sekalian."

Semua penyihir saling pandang, berbisik dalam kebingungan. Setelah mengamati lebih dekat, ingatan salah satu penyihir samar-samar membawanya pria kecil berwajah tirus dari enam puluh lima tahun yang lalu. Dia juga ingat mereka mempermainkannya, menyuruhnya berlutut sambil memberi tahu mereka semua tentang garis keluarganya dari awal sampai akhir sebelum dia menyampaikan tujuannya. Info itu disampaikan kepada penyihir lainnya melalui frekuensi 66.6 FM yang langsung diterima receiver gaib di telinga masing-masing.

Citraloka tersenyum, "Saya ingat om Anda. Kami bercanda, sayangku. Saat ini, 'Selamat malam' saja sudah cukup. "

Andre memandang mereka semua untuk pertama kalinya. "Jadi, beta boleh berdiri sekarang? Lantai gua ini membuatku lutut saya nye---"

"Tidak," potong Citraloka, masih tersenyum, "tetaplah berlutut. Kami ... "katanya, sambil memandangi saudara-saudaranya," ... sihir tidak akan berhasil jika kamu berdiri. "

Dia menatapnya dengan sedih dan mengangkat bahu dengan cara seakan-akan mengatakan, bukan aku yang membuat aturan itu, maaf.

Andre mengangguk, menerimanya sebagai fakta. "Beta ingin---"

"Jimat buat memikat wanita?" Sebuah suara dari belakang memotongnya. Dia berbalik untuk melihat seorang gadis remaja muncul dari kegelapan. Dia menyeringai lebar sambil memainkan serangkaian kunci aneka rupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun