Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rusunawa (Bab 15)

17 September 2022   09:55 Diperbarui: 17 September 2022   10:02 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Mama mengizinkan Rano mengunjungi temannya. Dia sebenarnya terkejut karena akhirnya Rano punya teman. Mama bertukar pandang dengan Suti sampai Rano melambai pada mereka dan menghilang dari pandangan.

Rano berjalan melewati taman bermain yang luas dan melihat beberapa anak laki-laki sedang bermain sepak bola. Dia terpesona dan berdiri di sudut, dan memperhatikan mereka. Ada seorang anak duduk di lantai dengan kaki bersila menonton dengan mulut melongo.

Mata mereka akhirnya bertemu dan Rano mengalihkan pandangannya dengan cepat. Dia menunggu beberapa menit, sebelum kembali melirik. Ternyata anak itu masih menatapnya.

"Ada apa?" Rano menunjuk anak laki-laki itu dengan jarinya.

"Lu pingin ikutan main? Gue bisa ngasih tau pelatih ngajakin lu kalau lu emang mau," jawabnya.

"Aku tidak tertarik," kata Rano dan mulai berjalan pergi.

Anak-anak di rusunawa biasanya menatapnya acuh tak acuh setiap kali dia berjalan melewati mereka. Dia pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa dia sombong, sok hebat seakan-akan baru datang dari Amerika. Mereka berbicara dengan logat Betawi pinggiran dan dia mengerti mereka dengan baik, tetapi tidak tahu bagaimana berbicara seperti mereka. Dia sudah mencoba menirukan cara bicara mereka, tetapi selalu gagal.

Ketika yang lain mengatakan mungkin dia dari Amerika, yang lain setuju karena katanya dia pernah mendengar Rano berbicara bahasa asing.

Rano cemberut setiap kali dia mendengar gosip tentang dirinya dan kemudian pergi.

Saat dia terus berjalan, dia melihat sekelompok pria yang lebih dewasa masuk ke taman bermain. Anak-anak muda yang bermain sepak bola satu per satu pergi. Mereka selalu tahu bahwa permainan mereka berakhir setiap kali pria dewasa bergabung di situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun