Aku naik kereta ke Bulan, dasar lautan, puncak gunung Himalaya.
Dan Fahira bilang, mustahil, karena kereta api tidak melakukan itu. Mereka tetap di jalurnya, melekat di darat. Namun kukatakan padanya apa yang harus dia lakukan.
Kamu hanya bayi yang masih membutuhkan boneka di malam hari, dan kami berdua berpura-pura tidak membicarakannya saat dia meninggalkan ruangan, sehingga aku dapat melanjutkan membangun kereta kardus dan ketika selesai duduk di depan menjadi kondektur dan mengemudikan kereta itu dengan peluitnya yang melengking dan mesinnya yang menghabiskan seteguk batu bara dan menyemburkan asap jelaga.
Dan di sana aku tinggal sepanjang hari, pura-pura tidak mendengar panggilan Ibu untuk membereskannya dan bahkan tidak tersentak ketika Ayah tiba di rumah dan menatapku yang duduk di sana, menendang kotak-kotak itu saat dia berjalan melewati dalam perjalanan ke dapur.
Dan ketika aku mendengar suara-suara yang meninggi dan ketegangan yang membara di udara dan piring yang pecah. di lantai, aku terus mengemudikan keretaku. Bahkan sama sekali tidak keberatan ketika Fahira naik di belakangku, beruangnya terselip di bawah satu lengan, dan kami membiarkan bunyi jugijagijug dari lokomotif mengantar kami ke Kutub Utara, meluncur melintasi gunung es dan ular di gundukan salju. Kami melambai ke orang-orang Eskimo dan melemparkan timun ke luar jendela untuk dimakan anjing laut.
Dan kemudian kami melakukan perjalanan ke selatan ke pantai di Brazil di mana semuanya adalah pasir dan senyuman dan sinar matahari dan kemudian kami melaju melintasi lautan ke hutan Afrika tempat monyet menggantung dengan ekor mereka di pohon dan bunga tropis mekar seperti payung warna-warni.
Dan di sanalah kami berhenti, turun dan bersembunyi di bawah dedaunan sebesar perisai prajurit Waknda dan yang bisa kita dengar hanyalah tetesan air dari cucuran hujan dan dengungan serangga seukuran tanganmu dan kicauan burung yang terbang di atas dengan sayap seperti pelangi.
Dan ketika Fahira berkata, bisakah kita melakukan ini lagi besok? Aku katakan padanya, ya tentu saja kita bisa, meskipun aku tahu kemungkinan besar ketika kita bangun di pagi hari kereta kardus kami akan berada di api di lubang pekarangan belakang, menyemburkan asap jelaga.
Bandung, 2 September 2022