Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 37: Rahasia

26 Desember 2021   09:12 Diperbarui: 26 Desember 2021   09:53 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boney M. (startsat60.com)

Feriawan  tidak tahu rahasiaku. Bunyi riuh mengurung kami di pesta itu saat Boney M menyanyikan "Hooray! Hooray! It's a holi-holiday." Nuansa tahun '80-an, cukup tepat karena ini adalah reuni sekolah menengah ke tujuh belas tahun kami.

Feriawan berdiri di dekat mejaku. Bibir atasnya sedikit melengkung seperti Richard Marx ketika dia tersenyum. Senyum cintanya yang membara. Senyum yang masih membuatku gemetar. Senyum yang membuatku tersesat.

Tidak ada yang bisa menemukanku.

Aku sedang menyesap cangkir ketiga kopi irlandia ketika dia duduk di sampingku. Kami berbasa-basi saat dia menggosokkan ibu jarinya ke botol Heineken-nya. Istrinya Vivi di seberang memegang suling gelas sampanye. Ruang perjamuan kami di dalam hotel bertingkat tinggi yang trendi ini terlalu kecil. Tidak ada cukup udara untuk kami bertiga.

Di awal malam, aku terus berpapasan dengan Vivi. Dia sungguh anggun dan di toilet wanita, aku katakan padanya dia cantik, senang akhirnya bertemu dengannya, meskipun aku tidak bermaksud apa-apa. Rambutnya hitam, sangat pendek. Nyaris botak.

Dia memiliki fitur maskulin: wajah persegi, hidung yang kuat, dan riasan yang sempurna. Semakin banyak aku minum, semakin dia mengingatkanku pada seorang waria.

Beberapa teman wanita lajang yang datang denganku telah menghilang berbaur dengan orang lain. Tanganku mulai gemetar, tapi bukan karena kopi. Inilah malam yang terkutuk. Aku sudah memikirkannya berulang kali. Kenangan, semuanya beban ingatan.

Mataku mengamati Feriawan dengan cermat. Cara dia mengangkat alis ketika dia bermaksud untuk mengatakan sesuatu, sikapnya yang riang, tidak ada kekhawatiran, tawa yang lepas. Detail halus, kenyamanan, gerakan kecil inilah yang mendefinisikan masa mudaku. Dia bercerita tentang guru sejarah favoritnya, Pak Yunus. Bagaimana tamparannya memotivasi dia untuk menjadi lebih baik dan tetap bersih. Kisah yang menyentuh hati. Sayangnya, suaranya mulai teredam seperti terjebak di bawah permukaaan air.

Ada dengungan samar di dalam telingaku. Sepertinya aku tidak bisa mengumpulkan detail. Ada sesuatu yang berdebar-debar di dalam diriku. Sulit untuk bernapas. Aku perlu keluar dari kotak ini. Aku butuh jendela untuk mendapatkan udara.

Pikiran-pikiran ini berkecamuk di kepalaku sebelum aku mengucapkan kata-kata. Aku akhirnya memberitahu Feriawan rahasiaku. "aku punya bayimu." Akhirnya rahasiaku terungkap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun