Tiga minggu sudah aku tidak bertemu dengannya.
Dengan gugup aku melaju untuk menjemputnya. Untung saja jalanan lengang karena pembatasan wilayah.
Vanilla.Â
Apakah dia juga merindukanku? Atau perasaannya telah berubah? Dia seharusnya tahu bahwa aku merindukannya. Sangat.
Jujur saja, aku tak menyangka bahwa rindu ini bisa begitu dalam. Seberapa sering aku memikirkannya, terutama karena kami baru saling kenal beberapa bulan saja. Mungkin saja dia tak lagi membutuhkanku, perasaannya telah bergnati untuk orang lain, bukan?
Aku sadar, urusan hati tidak bisa ditebak, dan itu membuat perutku mulas sejadi-jadinya.
Aku tiba di tempat yang telah disepakati dan melihatnya di sana, duduk di kursi mobil di tempat parkir. dan melihatnya duduk di taman. Begitu aku keluar dari mobil, ia menoleh dan melihatku. Sesaat aku merasa ketakutan karena dia hanya menatap seakan-akan tidak mengenaliku lagi. Namun kemudian sorot matanya berubah, lehernya membawa kepalanya tegak ....
Kegembiraan terpancar di matanya membuat jantungku berdebar kencang. Dia melompat dan berjalan melintas taman menuju lapangan parkir dan melompat ke dalam pelukanku.
Dalam sukacita, aku hampir tidak melihat tubuh pemuda yang menyusul di belakangnya.
"Ya, dia juga merindukanmu," kata Agus, yang kubayar untuk menjaga Vanilla selama aku menjalani isolasi mandiri.
Tentu saja Agus tak berbohong, karena Vanilla mengibaskan ekornya pertanda gembira.
Bandung, 20 Juli 2021