"Kamu penulis bayangan itu?" tanya wanita itu.
"Ya, Nyonya. Saya di sini karena iklan Anda."
"Aku sudah verifikasi dan validikasi apa yang tercantum di CV-mu, kredensial kamu bagus. Aku tak menyangka kalau otobiografi koruptor buron dan  konglomerat hitam itu kamu yang tulis. Masuklah."
Dia menggiringku ke ruang tamu. Aku berdiri terpaku menatap bingkai pintu di dinding yang memancarkan pendar cahaya biru dari rongga-rongga sisi. Susunan aksara yang belum penah kulihat terpahat di sana.
"Portal ke dunia lain, dimensi sejajar. Aku ingin kamu membantuku menulisnya dengan cara yang logis bagi pembaca."
Sesuatu membuatku maju, menarik gagang pintu.
Dia berteriak, "Tidak, jangan! Jangan dibuka!"
Terlambat. Cahaya biru yang menyilaukan - bayangan nun jauh di sana. Sesuatu yang tak mampu ditangkap oleh mata manusia.
* * *
Ketika siuman, aku diberitahu bahwa aku koma dua minggu lamanya. Mataku buta sampai sekarang.Â
Wanita itu berbisik di telingaku. "Maafkan aku. Kamu seharusnya tidak melihatnya. Kamu tidak boleh menatapnya secara langsung."