Suaminya berjanji untuk pulang apapun yang terjadi. Dan Rudi tak pernah ingkar janji.
Maka setelah Rudi dilaporkan hilang dalam kecelakaan pesawat, Marini meletakkan senapan berburu milik mertuanya di dekat pintu ruang tamu.
Pada hari Rudi kembali, berjalan terseok-seok dengan pakaian compang-camping, sekujur badan berlumur darah dan hangus berbau busuk, anjing mereka menggonggong dan bersembunyi di bawah kursi beranda.
Dari dapur Marini mengeringkan tangannya dengan lap handuk dan melihat suaminya dari jendela ruang tamu.
"Ma... ri... ni...," katanya.
Dia menjalankan jari ke laras senapan, lalu disandarkan di sampingnya. "Kamu pulang."
"Aku... sudah... janji...." Rudi tersenyum mengerikan. Terlihat deretan gigi menonjol dari pipi yang berlubang. Ketika berkedip, kerak darah kering rontok dari kelopak matanya. "Kau ... tahu ... aku tak pernah ... ingkar ..."
"Aku takkan ikut denganmu, Rud." katanya. "Kematian telah memisahkan kita. Kamu seharusnya sudah tenang di alam lain."
Rudi mengerang. "Sambutan ... mesra ... istri ... tercinta ..."
Tapi Rudi pasti ingat sifat Marini yang teguh pendirian. Dia berbalik dan terseok-seok melanjutkan perjalanannya.
***