Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

5 Hal yang Tidak Dilakukan Penganut Gaya Hidup Hemat

9 Juni 2019   12:25 Diperbarui: 10 Juni 2019   04:46 3800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidup Hemat (Sumber: www.sdentertainer.com)

 

Libur cuti bersama Lebaran telah usai. Mulai besok kembali ke rutinitas biasa. Saatnya menghadapi dunia nyata.

Rapel kenaikan gaji (kalau ada), THR (juga kalau ada) berikut tabungan (kalau pernah ada) sudah selesai dimanfaatkan selama liburan kemarin.

Harga-harga yang naik dari awal Ramadan agak enggan kembali ke posisi semula, malah bertambah mahal karena musim diskon habis sudah. 

Karena terbiasa hidup mepet selalu kepepet, maka saya mendisiplinkan diri memilih hemat menjadi gaya hidup. Penganut gaya hidup hemat (hemater) selalu irit (bukan pelit) dalam hal pengeluaran. Menjalani gaya hidup hemat membantu untuk tidak boros. Setajir apapun kamu, kalau tidak bisa mengelola keuangan dengan baik, maka kamu bakal kere, atau setidaknya keturunanmu yang kedelapan jadi kismin.

Prinsip hemater bukan hanya "uang susah didapat dan gampang dibuang-buang", tapi juga "membuang uang sama sulitnya dengan mendapatkannya".

Ingat: Hemat bukan pelit. Pelit sudah pasti keterlaluan, deh lu!

Berikut ini lima hal yang TIDAK dilakukan oleh penganut gaya hidup hemat:

1. TIDAK menolak tawaran barang gratis
Jangan menolak yang gratisan! Masuk ke mal ditawarin tester produk makanan atau minuman yang baru launching? Minta dua atau sampai kenyang! Kalau perlu sekalian dengan SPG-nya!

Lewat gerai kosmetik disodori kertas sample wewangian? Minta sepuluh! Lumayan digosok-gosok ke badan sebagai ganti deodoran yang habis akhir bulan.

Bahkan, kalau ditawarin brosur GRATIS, terimalah. Jangan ditolak. Pertama, kasihan orang yang nawarin, karena kalau brosurnya belum habis dia tidak dibayar. Kedua, kalau meja atau lemari di rumah goyang-goyang karena kakinya tidak rata, kertas brosur bisa dijadikan ganjal. Atau bisa juga dijual kiloan ke tukang loak.

Barang gratis = hemat.

2. TIDAK membuang barang lama, tapi menjualnya
Hemater tidak suka membuang barang karena sudah usang. Kami malah mencari cara untuk menghasilkan uang dari itu dengan memasang di situs barang bekas atau menawarkannya di media sosial, misalnya. Atau, setidak-tidaknya berikan kepada yang membutuhka. Ingat, sampah bagi seseorang adalah rezeki untuk orang lain (baca: pemulung).

3. TIDAK membeli keluaran terbaru atau versi mutakhir
Saya tidak pernah membeli gawai versi terbaru. TIDAK PERNAH. Selalu membeli yang ketinggalan satu atau dua versi. Membeli gawai terbaru tidak pernah menjadi prioritas orang yang berpikiran hemat.

Kami yakin harga barang terbaru akan turun dua atau tiga bulan setelah kemunculannya di pasar. Jadi, daripada terburu-buru membeli yang terbaru, kami akan menunggu harga jatuh untuk mendapatkan ponsel atau laptop yang sama dengan yang dibeli non-hemater dengan harga sangat tinggi.

4. TIDAK peduli dengan merek
Gawai saya mereknya Vivo bikinan Cina meski berkali-kali disindir mengapa tidak memilih jenama buah kuldi atau Samson Korea. Saya membeli gawai untuk berselancar di internet, berkomunikasi, mengambil foto, yang semuanya bisa dilakukan dengan baik sekali oleh gawai saya.

Hemater tidak tertarik membeli merek hanya untuk pencitraan.

Sepatu, tas, jam tangan, dan pakaian bermerek tidak bermakna apa-apa bagi kami kecuali kualitasnya jauh lebih baik daripada kualitas produk alternatif di pasar. Bahkan, jika harus membeli barang bermerk-pun kami akan menahan diri memperkirakan apakah tren akan berganti sehingga harganya turun.

5. TIDAK menyia-nyiakan apapun juga
Hemater yang berpikiran jernih dikenal karena tidak boros.

Kami adalah orang-orang yang selalu memastikan mendapatkan nilai sesungguhnya untuk uang yang kita bayarkan.

Pasta gigi? Pencet sampai habis. Saus tomat, sabun cair atau sampo jika tinggal sedikit tunggingkan dan gunakan sampai botolnya kosong tidak ada yang tersisa. Mangkuk mi instan atau gelas air mineral untuk menanam bibit biji buah. Kalau tidak ada lahan, bibit yang tumbuh jadi pohon dibonsai saja. Go green!

Dan kami hemater tidak suka menyia-nyiakan makanan tidak peduli meski hanya sebutir nasi. Kata orang tua zaman dulu: nasi yang tidak dihabiskan akan menangis. Hiks.

Contoh lain: sebelum check out dari hotel, tak pernah lupa membawa sabun, sampo, sikat gigi, sandal kamar, plastik binatu dan tisu yang disediakan hotel. Semua itu sudah termasuk harga yang kita bayar.

Tapi berhemat bukan hanya untuk diri sendiri. Meskipun membayar, kami tak minta penggantian handuk hotel setiap hari. Mengapa? Karena bahan kimia sabun yang digunakan untuk mencuci menyumbang pencemaran lingkungan yang merupakan pemborosan sumber daya yang berdampak hingga ke anak-cucu.

Orang yang hemat tidak suka menyia-nyiakan apa pun. Tidak boleh ada alasan untuk itu.

Nah, sekian tips GRATIS dari saya. Selamat mencoba.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun