Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Keluar Zona Nyaman Jangan Lupa Persiapannya

12 November 2020   13:02 Diperbarui: 12 November 2020   13:31 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keputusan keluar zona nyaman memang membuat dag dig dug jantung. Hal ini lumrah bila kita terbiasa dalam lingkaran kerja reguler yang rutin masuk secara 'office hours' dompet terisi di akhir atau di awal bulan. 

Keluar dari zona nyaman sebagai pekerja memang sangat penuh pertimbangan. Jika seorang ibu rumah tangga memutuskan berhenti bekerja dan fokus mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga tentu masuk pada pilihan khusus dengan tanggung jawab suami dan siap menjadi tim yang baik. 

Adakalanya keputusan keluar dari zona nyaman dipenuhi rasa bimbang. Tak hanya bimbang namun juga khawatir tak lebih baik hasilnya. 

Tentu saja keputusan memilih keluar dari zona nyaman sebagai pekerja tak hanya mengandalkan nasib dan peruntungan. Perlu ada pemikiran masak-masak. Keputusan dilandasi persiapan dan perhitungan serta langkah tepat. 

"Koq kamu keluar dari perusahaan kamu? Padahal kan kamu sudah mapan secara gaji " Begitu tanya saya kepada seorang teman yang memutuskan keluar dari tempat bekerjanya. Perusahaan tempat dia bekerja sungguh ternama dan memiliki banyak pekerjaan proyek besar yang diraih dalam tender. 

Sesungguhnya keputusan yang teman saya ambil bukanlah keputusan dadakan seperti 'tagline' tahu bulat. Pada masa dia aktif bekerja ada hal yang dijalankan sebagai bagian pengaplikasian 'skill' dan ajang uji coba medan di luar perusahaan. 

Cara menjual dan membeli rumah didalami secara alami dan belajar langsung dari praktek nyata. Satu rumah dibeli lantas direnovasi secantik mungkin dan lantas menjual kembali dengan harga yang menggiurkan. Tak terasa hampir dua tahun digeluti usaha tersebut selain tetap menjalankan aktivitasnya sebagai seorang karyawan. 

Penuh pertimbangan dan diskusi dengan sang istri, akhirnya teman saya putuskan untuk berhenti bekerja. Sang istri memahami keputusannya karena memang tahu dengan aktifitas pengganti sebagai karyawan. Bukan hanya pengganti namun sudah bisa diandalkan sebagai tumpuan agar terus menyala api kompor di dapur. 

Sebagai pengusaha mandiri yang juga alumni seorang karyawan mapan kini sang teman tersebut menikmati pilihan hidupnya keluar dari zona nyaman. Sebelumnya berhutang waktu lalu membeli waktu dan kini dia miliki waktu serta bebas bergerak jalankan usahanya tanpa ikatan waktu. 

Dipetik dari kisah tersebut ada beberapa hal yang memang sakti diterapkan jika ingin keluar dari zona nyaman. Sikap memahami satu bidang yang akan diambil sebagai persiapan terjun total menjadi kunci penting. Tentunya ini akan menambah 'skill' yang sudah ada. Langkah ini lebih halus dalam menentukan pilihan usaha setelah memutuskan berhenti bekerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun