Mohon tunggu...
Axel Jostanto
Axel Jostanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Semester 2 Universitas Airlangga

Seorang Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang aktif dan penuh ambisi. Gemar menulis dan belajar lebih banyak mengenai dunia kesehatan, teknologi, dan perkembangan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Langkah Masa Depan, Apakah Mobil Listrik Bisa Membuat Indonesia Lebih Hijau?

20 Mei 2023   19:34 Diperbarui: 20 Mei 2023   19:39 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: istockphoto.com

Belakangan ini mulai beredar berbagai berita dan perbincangan hangat mengenai masuknya mobil listrik ke Nusantara. Tentunya, mobil bertenaga listrik adalah sesuatu yang sudah lama diidamkan di masyarakat sebagai suatu teknologi dari masa depan. Faktor seperti mengurangi polusi udara dan mengembangkan industri otomotif juga menjadi manfaat yang menarik bagi pemerintah untuk segera mengembangkan dan mengurus pemberlakuan teknologi ini di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan rencana pemerintah dalam mewujudkan Nationally Determined Contributions Registry (NDC) pada tahun 2021 dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 29% sebelum 2030. Meskipun begitu, manfaat dari mobil listrik dalam mewujudkan rencana ini perlu dikaji ulang kembali karena kenyataannya, mobil listrik tidak sepenuhnya ramah lingkungan.

Pada kenyataannya, mobil listrik tetap menghasilkan polusi, bukan dari pembuangan gas seperti mobil konvensional pada umumnya, tetapi melalui produksi listrik yang tidak ramah lingkungan. Seperti yang kita ketahui, sumber energi utama yang dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik di Indonesia adalah batu bara. Apabila penjualan mobil listrik mengalami peningkatan, otomatis permintaan akan listrik akan bertambah atau berbanding lurus dengan penjualan mobil listrik. Hal ini dibuktikan dengan pemerintah Indonesia yang berencana untuk menghasilkan 20 gigawatt dari 35 GW kapasitas listrik, dari 117 pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) baru. Hal ini berkesinambungan dengan rencana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk meningkatkan produksi batu bara dari 413 juta menjadi 477 juta ton. 

Menurut penelitian ahli di China, produksi listrik sebesar ini akan menghasilkan dua hingga lima kali lipat lebih banyak polusi daripada mobil konvensional. Secara tidak langsung, peningkatan jumlah mobil listrik tidak mencerminkan tindakan yang mendukung rencana pemerintah untuk menciptakan Indonesia yang bebas emisi karbon.

Tak hanya itu, hal yang tak kalah penting untuk dipertimbangkan adalah proses produksi dari mobil listrik itu sendiri. Salah satu komponen utama dari mobil listrik yang tidak ada pada mobil konvensional tentunya adalah baterai. Namun, untuk saat ini produksi baterai dalam jumlah banyak juga menghasilkan emisi karbon yang cukup tinggi. Ditambah lagi, pengolahan dan manajemen limbah kimia dari produksi baterai juga masih belum optimal di Indonesia. Selain itu, kembali mempertimbangkan produksi energi melalui PLTU, banyak dari tambang batu bara dan PLTU di Indonesia yang dibangun di desa. Dengan pengolahan limbah yang kurang baik, produksi listrik yang berlebih dapat berakibat buruk terhadap alam maupun masyarakat di sekitar. Hal ini disebabkan adanya kontaminasi air dan tanah di sekitar tambang maupun PLTU tersebut.

Lantas, solusi apa yang dapat kita terapkan? Berdasarkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, Indonesia memiliki potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang sangat melimpah, mencapai sekitar 3000 GW. Sumber EBT yang dapat dimanfaatkan pun beraneka ragam dari tenaga matahari, air, angin, bioenergi, laut, nuklir, dan yang paling utama yakni panas bumi. 


Sayangnya, dari banyaknya potensi EBT tersebut, Indonesia baru memanfaatkan sekitar 0,3 persen. Padahal, EBT yang tersebar di Nusantara dalam jumlah yang berlimpah ini dapat menjadi jawaban yang tepat sebagai langkah awal Indonesia dalam mengurangi gas rumah kaca dan mencapai masa depan yang lebih hijau. 

Dengan adanya EBT, pemerintah dapat menghilangkan kebutuhan untuk menggunakan PLTU yang menghasilkan emisi berlebih serta memanfaatkan energi tersebut untuk menjalankan berbagai teknologi ramah lingkungan baru seperti mobil listrik ini sendiri. Tentunya dalam mewujudkannya akan dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak baik dari pemerintah, pihak swasta, eksternal, masyarakat luas, dan masih banyak lagi.

Dengan berbagai pertimbangan diatas dapat disimpulkan bahwa mobil listrik memang akan sangat membantu negara kita dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Namun, untuk merasakan efek dan potensi maksimalnya, Indonesia terlebih dahulu perlu mengatasi masalah sumber energi yang digunakan dalam memproduksi dan menjalankan mobil-mobil listrik ini. Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah dan masyarakat perlu terlebih dahulu berfokus dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumber energi baru terbarukan yang lebih hijau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun