Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Cerita Beda Rasa

11 Juni 2021   17:55 Diperbarui: 11 Juni 2021   18:50 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pixabay dan Olah Pribadi Awayallucky

01. Diagnosa Rasa

Aku berdegup kencang, hatiku tepatnya yang merasa lebih hidup. Ketika itu, awal melihatmu di satu sudut sempit yang kamu tidak akan mampu menjangkauku.

Aku berdendang riang, suara hatiku yang mengiringiku. Awal yang indah memang, meski baru sebatas bagiku yang entah akan seperti apa untuk ke depannya, aku kan belum tahu.

Aku menatap langit, meski harus aku akui bahwa aku masih merasa sulit. Mengganti apa yang pernah dan sudah, untukku tidaklah mudah. Digantikan oleh apa pun siapa yang akan berkenan, bagi aku masih saja menyisakan sekawanan pertanyaan.

"Akahkah jalan terang itu terbentang? bukan sekadar bayang-bayang?"

"Mungkinkah suratan memang tengah dipersiapkan? atau hanya sekadar batu loncatan baginya perasaan?"

Aku kini tengah memandangi senja, aku mulai tersenyum manja. Aku bahkan merasa tengah menemukan sebongkah cita-cita, akannya satu masa yang bukan sekadar canda.

"Irama mulai tersusun, lirik mulai tertata. Mungkinkah hasil akhirnya akan sangat menarik? tidak hanya sebatas cantik?"
           ______________________

02. Percakapan

"Dengan mencintai akan termotivasi. Bilamana mencintai itu terbukti, maka bersedia memberi tanpa peduli tentang akan menerima atau tidaknya."

Percakapan yang terjadi ketika mentari akan segera terbenam, sore itu. Di dekat air terjun, yang airnya mengalir benar-benar jernih.

Dua insan bertatapan, entah memang tengah memadu kasih, entah justru tengah menikmati sedih atau mungkin saja letih.

Dua insan yang tengah menjalani kisah, atau justru akan segera berpisah. Meski bukan judul lagu dari Bondan Prakoso yang adalah "Ya Sudahlah", hehehe.

Dua insan yang akan segera menikmati proses terbenamnya matahari, lalu berganti malam yang semoga saja tidak ada rasa apapun, yang sebaiknya tidak akan terbenam lalu tenggelam.

"Eh tapi.. apakah memang ini semua hanya tentang aku? tentang kamu? atau justru tentang kita berdua saat ini, di detik ini juga?"

Ah... wajah malampun mulai tiba menghampiri, lalu akan menemani hingga pagi hari datang, lalu sang mentari akan kembali sudi bersinar lagi.

"Hei kamu... jangan lupa sarapan pagi, setelahnya menyegarkan diri dengan cara membasuh tubuh, pun menemukan tabah." Seseorang berkata, salah satu di antara keduanya. Entah siapa, entah yang mana.

Salam Fiksiana
Bandung, 11062021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun