Baiklah... jadi hanya sebatas begini kisah kita. Sebelumnya, saya sempat berpikir bahwa akan begitu kisah kita.
Baiklah... lagi pula, untuk apa bila justru murung yang bergelantungan. Merasa terkurung berdendang riang. Ya sudah! Kita sudahi saja, satu kisah entahlah yang beginilah ceritanya.
Baiklah... ujung pertemuan kini telah tersaji. Bukti bahwa kita akan menuntaskan adegan penghabisan yang menjadi satu ketentuan.
Oh iya... saya titip tiga pesan yang akan saya sampaikan sekarang juga, tanpa terbata-bata. Bukan kata-kata mutiara, hanya kata yang akan mewakili satu sisi laki-laki yang seperti saya ini.
Oh iya... silahkan! Berlalulah! Usahlah dipikirkan! Anggap saja apa yang sempat, hanyalah sekumpulan basa-basi menjelang sarapan pagi.Â
Inilah bunyi tiga pesan saya, teruntukmu yang jelita... yang akan segera berlalu dari tatapan mata juga jiwa.
"Senja itu anda, begitu meneduhkan. Namun sayang... anda lebih memilih menghilang dari tatapan yang membutuhkan."
"Mohon maaf... hati ini enggan merintih, lupa yang namanya perih. Enggan pula hadir sedih yang mengajak tertatih lalu berbuih."
"Terima kasih, dari lubuk sanubari yang saya coba olah jadi satu wujud bersih hati. Terima kasih... berkat anda! Saya semakin siap menyusun rencana untuk esok, lusa, hingga kelak yang tiada rupa kelabu... sebab yang akan ada dan terasa oleh saya, adalah rasa yang akan membuat saya jauh dari yang namanya lara dan kecewa."
Salam Fiksiana
Ridwan Ali 16072020