Aku pemimpi yang terbangun dari tidur lelap
Aku pemimpi yang terbuang dari jurang realita
menapak tebing-tebing yang penuh dengan pertanyaan
menghela nafas di rentetan cadas pernyataan.
Sekelompok pernyataan akan jawaban menjadi pelarian
waktu yang berputar dan alunan jarum jam serasa ancaman
tembok ketakutan semakin megah berdiri di ujung pertanyaan
setitik harapan hadir dari pencitraan diri akan sebuah pernyataan
Aku pemimpi yang terbangun dari tidur yang panjang
berjuang keras menghancurkan tembok-tembok keraguan
merakit senjata dimana kesabaran akan penantian sebuah jawaban menjadi bahan utama
membekali diri dengan pernyataan-pernyataan para realita kehidupan.
Tak lama kemudian Pemimpi yang Terbangun berbisik “aku berbuat bukan untuk pernyataan penilaian dari kalian, melainkan dari diriku sendiri dan Sang Penciptaku.”