Mohon tunggu...
Dokter Avis
Dokter Avis Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Anak

Saya dr. Hafiidhaturrahmah namun biasa disapa Avis, dokter umum dari FK Univ Jenderal Soedirman, dokter anak dari Univ Gadjah Mada. Awardee Beasiswa LPDP-PPDS Angkatan 1. Saat ini bekerja di RS Harapan Ibu Purbalingga. Monggo main di blog saya www.dokteravis.net

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kalau LPDP Haram, Berobat ke Dokter Spesialis Haram Juga Gak Ya

31 Juli 2015   15:36 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:09 8382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lama banget si dokternya. Ngapain aja di dalam"

Atau anda menemani keluarga anda dirawat di sebuah rumah sakit dan dokter spesialisnya tak kunjung datang?Tanya kenapa? 

Karena jumlah dokter spesialis kita belum berbanding lurus dengan banyaknya penduduk Indonesia.

Lah kok bisa? Itu para dokter umum kenapa pada gak jadi spesialis aja

Bukan karena kami gak mau, mau banget pastilah tapi maaf sodara sebangsa setanah air, jadi dokter spesialis itu bukan hal mudah. Sekolahnya sama atau lebih lama dari gelar S3 dan yang paling penting masuknya itu susah. Makanya LPDP ini bagai angin segar buat kami para dokter yang ingin terus sekolah. Tujuannya ya supaya tidak ada lagi antrian panjang atau pasien menunggu lama karena spesialisnya dikit dan harus muter ke banyak tempat.  Jadi lolos LPDP aja belum tentu bisa langsung lolos ujian masuk dokter spesialisnya. Sama seperti mencari LoA atau Letter of Acceptance untuk bisa melanjutkan master atau doktoral. Para pejuang beasiswa pastinya pernah merasakan jatuh bangun mencari tempat kuliah terbaik. 

LPDP is ME, LPDP is US
Tuh kan saya nglantur gak membahas haram atau halal karena memang tulisan ini hanya sekadar share. Bagi kami yang sudah berada di dalam badan LPDP kami tidak perlu lagi meragukan kehalalan tersebut karena kami sudah mendapatkannya ketika kami mengikuti PK. Kami juga tidak perlu koar-koar karena kami tahu LPDP sudah menjadi primadona dan ke depan persaingan untuk lolos sebagai awardee LPDP lebih berat. Adik kandung saya, sahabat saya dan banyak orang di luar sana yang meminta tolong diberi masukan atas essay mereka juga ada yang belum lolos. Apa saya menyerah dan diam saya? Tidak karena bagi saya melihat mereka bangkit untuk mendaftar kembali LPDP adalah kebahagiaan tersendiri. Bagaimana jika sudah dua kali masuk sampai wawancara tapi masih belum juga lolos LPDP. Untuk yang satu ini silakan jangan berputus asa dan terus berjuang mencari. Masih banyak beasiswa di luar sana selain LPDP kok. Tentang halal dan haramnya bagaimana? Silakan itu kembali ke hati nurani masing-masing. 


Gitu aja repot

Seorang rekan saya yang bijak dan telah lulus dari sebuah sebuah universitas di negara matahari terbit mengatakan pada saya "melihat haram tidaknya beasiswa silakan tanya ke hati nurani masing-masing. Jika dalam proses perkuliahan semua jalan anda dipermudah insyallah beasiswa itu berkah".

Bagi yang belum mendapatkan LPDP dan masih ingin sekali sekolah apalagi menjadi dokter spesialis, silakan ikuti jejak kami di sini. Foto di bawah ini adalah para dokter penerima beasiswa spesialis LDPP angkatan pertama yang sekarang sudah tersebar di berbagai jurusan dan universitas. LPDP itu hanya pintu pembuka karena setelahnya akan lebih banyak lagi yang kita hadapi di bangku pembelajaran sesungguhnya, PPDS.

 

  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun