Mohon tunggu...
Ausof Ali
Ausof Ali Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sejarah-Universitas Indonesia, anggota Pandu Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora featured Pilihan

15 Januari 1974, Sebuah Tragedi

16 Januari 2012   14:00 Diperbarui: 15 Januari 2019   21:26 27202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Repro buku Hariman & Malari/merdeka.com

Organisasi ini tadinya sudah hampir mati karena tekanan PKI pada masa revolusi namun kemudian pada tahun 1972 Ali mencoba menghidupkannya kembali dengan berusaha menarik partai tersebut ke Golkar. Lalu dijadikan sebagai wadah untuk menampung bekas-bekas pemberontak Darul Islam termasuk Dodo Kartosuwiryo, anak SM Kartosuwiryo, untuk bekerja padanya.

Kemudian Ali mulai melakukan penggalangan pendukung di kaum pemuda dengan membentuk Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Dalam buku Pangkopkamtib Jenderal Soemitro Dan Peristiwa 15 Januari 1974 juga disebutkan kalau naiknya Hariman Siregar menjadi ketua DMUI adalah karena usaha Ali Moertopo (walaupun selanjutnya Hariman sendiri yang menjadi salah satu tantangan besar bagi Ali.)

Sedangkan Soemitro dalam mencari dukungan melakukan kunjungan ke kampus-kampus di Indonesia, kecuali UI. Dalam setiap pidatonya di kampus kunjungannya, ia selalu menyinggung malasah ‘bentuk kepemimpinan baru’.

Kemudian ini oleh sebagian pihak dianggap sebagai bentuk sosialisasi dalam menggalang dukungan untuk menggantikan Soeharto namun dia berdalih kalau dia melakukan kunjungan ke kampus-kampus karena disuruh oleh Soeharto untuk meredakan dan menenangkan keresahan mahasiswa akibat keadaan negara saat itu.  

Mahasiswa sebagai kaum intelektual juga memainkan peranan penting dalam terjadinya peristiwa Malari. Banyaknya masalah yang terjadi setelah pemilu tahun ’71 seperti invasi produk Jepang, pembangunan Taman Mini Indonesia Indah sebagai proyek mercusuar disaat ekonomi belum stabil sepenuhnya menyebabkan munculnya gerakan yang dibentuk kaum intelektual saat itu—misalnya Aksi Pelajar 70, Komite Anti Korupsi, Komite Anti Kelaparan, dan Anti TMII—dan ikut menghangatkan suhu politik.

Dilatarbelakangi oleh kejayaan angkatan ‘66 pada masa revolusi, kemudian keberhasilan  mahasiswa thailand dalam menggulingkan presiden mereka, Thanom Kittiakachorn pada oktober 1973 juga membuat mahasiswa terpicu untuk melakukan sebuah perubahan.

Kronologi kejadian Peristiwa Malari sendiri bukanlah satu-satunya kejadian yang terjadi akibat masalah ekonomi pada saat itu. Jauh sebelum Malari terjadi telah ada aksi-aksi lain yang sebenarnya menjadi menjadi pemicu terjadinya Apel Tritura jilid II pada tanggal 15 Januari 1974 yang berujung huru-hara itu.

  • Diskusi ’28 Tahun Kemerdekaan Indonesia’

Acara ini digelar oleh Grup Diskusi Universitas Indonesia (GDUI) pada tanggal 13-16 Agustus 1973 dengan mengundang Soebadriosastrosatomo, Syafruddin Prawiranegara, Ali Sastroamidjojo, dan TB. Simatupang.

Kesimpulan dari diskusi ini adalah: Perlunya praktik politik dan serangkaian tindakan untuk mengatasi masalah dan bukan sekedar diskusi-diskusi.

Di kalangan generasi muda dan tua masih terdapat perbedaan pandangan mengenai struktur politik serta lebih banyak kondisi dihadapi dalam merumuskan strategi bersama. Ada dua pandangan dalam melihat praktik kekuasaan yaitu, melihatnya dari luar dan mengbahnya dari dalam.

  • Petisi 24 Oktober

Untuk memperingati sumpah pemuda DMUI menggelar sebuah diskusi yang mengundang perwakilan dari tiap-tiap angkatan mahasiswa: ’28, ’45, ’66. Adapun untuk pembicara adalah Soediro (perwakilan angkatan 28), B.M. Diah (mewakili angkatan 45), Cosmos Batubara (mewakili angkatan 66), dan juga Hariman Siregar. Ada juga pembicara lain seperti Emil Salim dan juga Frans Seda. Dari hasil diskusi ini lahirlah ‘Petisi 24 Oktober’ yang dibacakan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

  • Ikrar 10 November 1973

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun