Mohon tunggu...
Auranita Darmawan
Auranita Darmawan Mohon Tunggu... Copy Editor and Creative Writer - Freelance

Sebagai lulusan Sastra Indonesia, berbicara tentang sastra, bahasa, budaya, dan olahraga jadi pilihan yang tepat. Tak hanya nonfiksi, fiksi juga jadi bidang yang saya geluti.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mudik: Nasi Rames di Lintas Sumatra-Jawa

27 Maret 2025   13:00 Diperbarui: 26 Maret 2025   12:56 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan mudik lintas Sumatra dan Jawa (Sumber: Kompasianer/Auranita)

Belasan mobil berjejer rapi. Antrean kamar mandi juga cukup panjang. Suara jebar-jebur, bau sabun semerbak, bercampur dengan suara deru mesin kendaraan yang antre mengisi bensin dan solar. Ratna dan Jeje ikut di deretan orang yang mengalungkan handuk. Dia menenteng satu pouch alat mandi dan pakaian ganti. Anak keduanya bersama sang suami di sebelah. Kalau begini, ayah harus ikut berbagi tugas. 

"Sudah?" semua mengangguk pada kepala keluarga sekaligus sopir satu-satunya itu. Dia melenggang pergi ke warung untuk memesan secangkir kopi. Sebab, habis mandi, terbitlah kantuk. 

Tiga orang lainnya menata kembali barang-barang di mobil. Kursi tengah yang disulap jadi tempat tidur dibersihkan lagi. Bantal dan selimut dilipat rapi. Lalu, Ratna ke minimarket untuk membeli stok jajan dan air putih yang mulai menipis. 

"Ayo. Mampir sebentar ke warung makan, ya, untuk makan malam di kapal," kata ayah setelah semua kembali. 

Kalau mudik isinya ya cuma itu, SPBU, rumah makan, jalan rusak, kapal, tol, dan pelabuhan. Nggak ada mampir ke mall untuk cuci mata. Istirahat ya seadanya. Tidur di hotel hanya saat malam hari berada di daerah rawan begal. Sisanya ya tidur di pom dan kapal. Makanannya pun tak jauh dari nasi rames. Namun, di Lampung sudah banyak warung makan yang menunya masakan Jawa. Sayangnya, lagi-lagi bocah kelahiran Malang itu justru memilih nasi rames ketimbang rawon. 

Perjalanan yang cukup panjang. Usai mampir membungkus nasi, mereka sampai di antrean kapal. Banyak truk dan mobil sedan pribadi dengan berbagai plat nomor. Jeje sibuk mengeja plat-plat itu, lalu bertanya pada sang ayah asal penumpangnya. 

"Kalau AB dari mana, Ya?" 

"Jogja."

"Kalau P?" 

"Jember." Begitu terus sampai dia kehabisan plat. 

Tak jarang di tengah deretan mobil, ada pengemis, penjual asongan, dan pengamen yang mengetuk kaca mobil. Saat itu, ada seorang anak remaja yang meminta uang pada mobil mereka. Awalnya, kaca mobil itu tak dibuka, tetapi anak remaja tadi terus mengetuknya. Dia benar-benar memaksa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun