Mohon tunggu...
AURA CITRA TALENTA HASA
AURA CITRA TALENTA HASA Mohon Tunggu... Lainnya - Taruni/Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan

Konten Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia Memanggil (Water Front Unions Of Australia)

27 November 2022   11:15 Diperbarui: 27 November 2022   11:16 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia dan Australia adalah dua negara di Pasifik yang terhubung oleh rute perdagangan. Sejumlah 1400 warga negara Indonesia pergi meninggalkan Indonesia dan menjadi imigran di Australia. Imigrasi ini merupakan salah satu upaya warga negara Indonesia untuk mengakhiri penderitaan yang mereka alami selama Indonesia di jajah oleh Belanda. Para aktivis Indonesia pun turut serta dalam upaya untuk menggalang dukungan kemerdekaan. Namun, upaya tersebut tidak dibiarkan berjalan dengan baik karena para aktivis Indonesia diasingkan oleh Belanda ke daerah Indonsia Timur. Meskipun telah diasingkan, aktivis Indonesia tidak mudah menyerah dan mencari jalan penyelesaian lain yaitu dengan mengasingkan diri ke wilayah negara lain (Australia). Di Australia masyarakat Indonesia dapat berbaur dengan baik dan membentuk perserikatan buruh pelaut dengan Australia. Begitu pula masyarakat Australia juga mengenal bangsa Indonesia dengan baik. Kisah perjuangan kemerdekaan ini diceritakan dalam film documenter pendek Australia tahun 1946 “Indonesia Calling” disutradarai Joris Ivens dan diproduksi Waterside Workers' Federation.

Bertahun-tahun masyarakat Australia dan Indonesia hidup bersama sebagai teman. Indonesia mendapat dukungan kemerdekaan dari Perserikatan Buruh Pelaut Australia. Australia memberikan dukungan dengan menyediakan kapal Esperance Bay bagi warga Indonesia untuk meninggalkan Australia dan kembali ke Jawa dengan jaminan bahwa mereka tidak akan mendarat di pelabuhan yang dikuasai Belanda. Pada bulan oktober kapal Esperance Bay mulai berlayar dari Australia ke Indonesia. Namun, dibalik pelayaran yang membawa kemerdekaan ini, terdapat cerita tentang adanya kapal-kapal yang tidak berlayar serta aktivis Indonesia yang sedang dalam pengasingan tidak ada habisnya untuk memikirkan kampung-kampung di tanah air bahkan memikirkan sesuatu yang tidak mereka miliki sebelum perang menghadapi Belanda di tanah air Indonesia. Sesuatu yang mereka perjuangkan dengan pihak sekutu yaitu “kemerdekaan”.

Suatu hari suara Indonesia memanggil terdengar hingga ke Australia, membawa kabar yang menyatakan bahwa Republik Indonesia telah di proklamasikan. Hal ini merupakan titik terpenting dalam konstitusi republik demokrasi, dimana telah lahirnya kebebasan berorganisasi, kebebasan berkumpul, kebebasan berekspresi dan kebebasan pres bagi seluruh warga Indonesia.

Setelah mendengar kabar proklamasi tersebut, warga Indonesia mengadakan pertemuan besar yang dihadiri 72 juta orang di jalan Sidney untuk mengulang kembali sebuah sumpah yang diucapkan oleh anak bangsa di seluruh dunia yaitu sebuah sumpah kesetiaan kepada republik baru yang merdeka. Mereka dengan lantang mengucapkan sumpah untuk membela kemerdekaan dan setulus hati menyatakan bahwa warga Indonesia tidak akan gentar meskipun berada di bawah penindasan Belanda dan siap mengorbankan jiwa demi kemerdekaan. Perayaan dilanjutkan pada malam harinya, mereka merayakan kemerdekaan dengan tarian ksatrya dan putri kerajaan. Meskipun dalam pengasingan di wilayah negara lain, mereka tetap tidak melupakan kebudayaan leluhur mereka. Tarian ini dipilih oleh mereka karena menurut mereka tarian ini sudah berusia lebih dari 1500 tahun sebelum bangsa Portugis dan Belanda datang ke Jawa. Seluruh warga Indonesia bergabung dalam tarian ini bahkan istri dan kawula muda dari republik baru itu juga berada di sana.

Sebanyak 72 juta warga Indonesia menetap di pulau yang terkaya di dunia. Namun selama tiga setengah abad penjajah kolonial belanda telah mengambil semua keuntungan dari tambang timah, monopoli kina, tambang minyak dan perkebunan karet. Berjumlah sekitar 32 juta pondsterling atau 100 juta dollar pertahun keuntungan yang diperolah belanda. Sekarang Perang Dunia II telah usai, mereka ingin kembali mengeruk keuntungan itu dari pihak Belanda dan untuk itu mereka memerlukan kapal. Kapal-kapal yang mereka butuhkan berkumpul di pelabuhan Australia di Brisbane,Melbourne dan Sydney. Kapal- kapal yang digunakan untuk menaklukan republik muda itu mengangkut prajurit dan senjata.

Untuk menjalankan aksi ini prajurit menolak untuk bertugas dan warga Indonesia bergabung bersama dengan para pekerja pelabuhan di dermaga Australia dimana kapal besar sedang menunggu. Mereka melakukan perbincangan dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua pekerja disetiap negara. Mereka berbincang tentang gaji yang rendah dan apa arti dari penjajahan kolonial belanda selama 350 tahun terhadap Indonesia. Berita menyebar dan para pekerja berdatangan pada pertemuan umum yang direncanakan. Pada tempat itulah warga Australia menyatakan suara bahwa pelaut Indonesia tidak diperbolehkan membentuk perserikatan sampai mereka tiba di Indonesia dan turut serta membantu mengorganisir pekerja Indonesia untuk mendapatkan kebebasan bangsa.

Mendeklarasikan kapal Belanda untuk Indonesia adalah hitam. Suatu hari, kapal belanda yang berisikan 1600 tentara bersenjata tiba di Australia dan mendapat sambutan seruan dukungan Australia terhadap Indonesia. Indonesia memanggil para aktivis melalui dentuman senjata yang terdengar dari tanah air mereka yang meminta pada mereka untuk terus berjuang, untuk menahan kapal-kapal Belanda yang mengangkut senjata melawan republik baru.  Perdebaran besar bagi kehidupan negara republik baru itupun terjadi di dermaga. Perusahaan Belanda yang pernah memiliki armada besar untuk mengangkut kekayaan Indonesia, kini harus memohon untuk dapat membawa setiap kapal mereka kembali seperti kapal kemanusiaan yang bermuatan makanan dan obat-obatan. Selain itu, Belanda juga tidak mengetahui tentang kapal mereka yang berisikan senjata dan amunisi telah berhasil ditemukan dan dihitamkan oleh pekerja pelabuhan.

Pemberontakan yang dilakukan rakyat semakin menjadi. Para pekerja dermaga menyatakan jawaban mereka dan meninggalkan kapal demi kapal di semua pelabuhan Australia.Para pekerja transportasi mulai mematikan kunci stater mereka dan menyebabkan kapal Belanda tidak berlayar. Pegawai perkapakan dan pelaut Australia juga sudah tidak mematuhi perintah Belanda. Setelah itu, surat kawat dukungan datang dari Harry Bridges, Presiden dari American Longshoreman’s Union, dari Cina, India, Malaya, para pelaut dan pekerja dermaga Selandia Baru dan Kanada. Para pekerja dari setiap negara mendukung aksi pekerja Australia. Demikian juga dengan pembuat kapal, tukang ledeng, pekerja batu bara, merchant service guild, firemen and deckhand’s union, penjaga took, pengemas, pencetak, pekerja galangan, pembuat ketel, juga tukang besi dan tukang listrik.

Di sepanjang dermaga semua kapal sudah tidak bergerak. Orang-orang telah beraksi dan kini tiba saatnya suara dari para pemimpin yang mendukung prinsip dari Atlantic Charter. Pandit Nehru dn Jinnah dari India. Manuilsky dan Vyshinsky dari Uni Soviet dan President Romulo dari Filipina memprotes penggunaan pasukan bersenjata untuk menekan bangsa Indonesia.

Selanjutnnya dalam pertemuan terbesar di Domain, seorang serdadu kembali melaporkan bahwa bangsa Indonesia telah membuktikan mereka dapat memimpin negaranya sendiri. Sedangkan di kantor perserikatan pelaut Indonesia Max sekantu dan Tukliwan memeriksa kapal-kapal yang tidak berlayar. Akan tetapi, “Swarten” suatu kapal dengan awak kapal India terlepas. Aktivis Indonesia berusaha keras untuk mengejar kapal itu karena kapal itu melanggar larangan. Belanda berhasil menyelinapkan dengan menaruh awak kapal india pada kapal itu. Para aktivis memiliki kata-kata dan mereka berbicara dengan para pelaut India, mereka mengatakan bahwa “Perjuangan Indonesia adalah perjuangan anda”. Mereka meminta agar awak kapal India tidak mengangkut amunisi itu ke Indonesia.

Sayangnya, permohonan itu berakhir dengan terbasnya kapal dengan awak kapal India. Akan tetapi, ditengah pelayaran awak kapal india berpikir dan termenung memikirkan perkataan dari para aktivis Indonesia. Hingga pada akhirnya, para awak kapal India memutuskan untuk kembali dan menghentikan kapal. Perjuangan warga Indonesia kembali berhasil dan mereka menyelenggarakan pertemuan perayaan di sudut jalan terdekat. Komisi kemerdekaan Indonesia mengucapkan terimakasih kepada warga India atas tindakan yang gagah berani dalam mendukung perjuangan Indonesia dengan meninggalkan kapal Belanda yang akan digunakan untuk menghancurkan republik baru Indonesia. Indonesia tidak akan melupakan aksi heroik warga India. India pun menjelaskan bahwa pada mulanya awak kapal India diminta untuk mengambil kapal sekutu dan membawa makanan ke Banyu. Akan tetapi, mereka justru di taruh dikapal Belanda dan diperintahkan untuk mengangkut senjata dan amunisi ke Indonesia. Belanda mengancam awak kapal India dengan senjata namun awak kapal India tetap menolak dan mendukung Indonesia karena perjuangan Indonesia adalah perjuangan India dan kemenangan Indonesia adalah kemenangan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun