Dina membeku. Perlahan, ia menunduk, menyingkap sprei. Dari bawah ranjang, sesuatu mulai merayap keluar---sebuah tangan pucat dengan kuku panjang kotor, mengais lantai, seakan mencari pijakan. Lalu menyusul wajah pucat dengan mata hitam legam, tatapannya kosong menusuk. Rambut panjang basahnya menyeret lantai, meninggalkan jejak air.
Dina berteriak, tapi suaranya nyaris tak terdengar. Sosok itu merangkak semakin dekat, menatapnya tanpa berkedip.
Tiba-tiba, pintu kamar berderit terbuka. Resepsionis berdiri di ambang pintu dengan wajah pucat.
"Kamu... kenapa masuk ke kamar nomor tujuh?" suaranya bergetar.
"A-apa maksudnya?" Dina terbata, hampir menangis.
Resepsionis menelan ludah. "Kamar itu... sudah lama kosong. Sejak seorang tamu... mati di dalam, tersangkut di bawah ranjang. Tubuhnya baru ditemukan setelah berminggu-minggu."
Dina menoleh lagi ke arah bawah ranjang. Sosok itu kini sudah berada tepat di samping kasurnya, mengulurkan tangan seolah ingin menariknya ikut masuk ke bawah.
Gelap.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI