Mohon tunggu...
AuroraM
AuroraM Mohon Tunggu... pelajar sekolah

bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Horor

Kamar Nomor 7

24 September 2025   12:02 Diperbarui: 24 September 2025   12:11 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan malam membuat Dina lelah. Ia harus mengikuti ujian penting esok hari di kampusnya, sementara rumahnya terlalu jauh untuk ditempuh. Akhirnya ia memutuskan menginap di sebuah penginapan sederhana dekat terminal. Murah, sepi, dan terlihat cukup nyaman dari luar.

Resepsionis yang duduk di balik meja menatapnya dengan ekspresi datar. Setelah menerima uang, pria itu menyerahkan sebuah kunci.

"Nomor tujuh, lantai dua," katanya singkat, tanpa senyum.

Lorong menuju kamar nomor tujuh terasa aneh. Lampu redup berkedip-kedip, cat dinding terkelupas, dan udara pengap menyelimuti. Dina mencoba menenangkan diri. "Namanya juga penginapan murah," pikirnya.

Begitu pintu kamar terbuka, hawa dingin langsung menyambut. Kasurnya tampak rapi, lemari kayu tua berdiri di pojok ruangan, dan jendela kecil berderit ketika ia membukanya. Meski terasa agak menyeramkan, Dina terlalu lelah untuk peduli. Ia rebah, berharap cepat tertidur.

Namun, sekitar tengah malam, ia terbangun oleh suara ketukan pelan. Tok... tok... tok...

Sumber suara itu jelas berasal dari lemari. Dina bangkit perlahan, berusaha menepis rasa takut. Dengan tangan gemetar, ia membuka pintu lemari. Kosong. Hanya gantungan baju yang berayun pelan seakan digerakkan angin.

"Pikiran sendiri," bisiknya, lalu kembali ke kasur.

Tapi saat matanya hampir terpejam, ia merasakan sesuatu yang dingin di pipinya. Saat menoleh, Dina terbelalak. Di atas bantalnya ada rambut panjang basah, kusut dan hitam, seolah baru dipotong dari kepala seseorang. Bau anyir samar tercium.

Belum sempat ia bergerak, suara ketukan kembali terdengar. Kali ini bukan dari lemari, melainkan dari bawah ranjang. Lebih keras, lebih cepat. Tok! Tok! Tok!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun