Kadang, hidup di zaman sekarang tuh rasanya kayak lagi lomba lari... tapi kita nggak tahu siapa lawannya, apa aturannya, dan kapan garis finish-nya. Yang kita tahu, semua orang kelihatan lagi lari sekencang-kencangnya.
Bangun tidur, buka Instagram, ada yang baru launching bisnis. Scroll TikTok, anak 20 tahun udah punya rumah sendiri. Buka LinkedIn, teman seangkatan udah jadi manager, sementara kita masih nanya, "Nanti makan siang pakai apa, ya?"
Rasanya dunia terus bergerak cepat, dan kalau kita berhenti sebentar buat istirahat atau berpikir, kita bakal ketinggalan segalanya. Pelan-pelan, muncul perasaan bersalah. Kok gue belum sehebat itu, ya? Kok gue masih gini-gini aja? Kok hidup orang lain keliatannya lebih 'jadi'?
Kita tumbuh dengan narasi bahwa usia muda harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Harus ambil semua kesempatan. Harus sukses selagi muda. Harus punya pencapaian luar biasa di umur 20-an. Tapi... harus banget, ya?
Harus banget kah semua orang jadi hebat di usia muda?
Harus banget kah setiap langkah hidup kita ditentukan dari seberapa cepat kita "mencapai sesuatu"?
Dan yang lebih penting: apakah makna hidup hanya bisa ditemukan lewat pencapaian besar di usia awal?
Karena nyatanya, nggak semua orang tumbuh di tanah yang sama. Nggak semua orang mulai dari garis start yang setara. Dan nggak semua orang punya definisi "hebat" yang sama.
Jadi, mari kita berhenti sejenak. Bernapas. Lalu bertanya dengan jujur:
Apakah semua orang benar-benar harus jadi hebat di usia muda?
Salah satu jebakan terbesar dari era digital adalah ilusi bahwa semua orang harus hebat di usia muda. Media sosial membuat kita seolah-olah hidup dalam dunia yang penuh dengan anak-anak muda berbakat, produktif, dan luar biasa. Padahal yang kita lihat hanyalah cuplikan terbaik dari hidup orang lain, highlight yang mereka pilih untuk ditampilkan, bukan perjuangan panjang di balik layar. Kita jadi lupa bahwa untuk setiap keberhasilan yang terlihat mudah, ada proses panjang yang sering tak terlihat. Dan lebih parahnya lagi, kita mulai mengukur diri sendiri berdasarkan kecepatan orang lain, bukan berdasarkan kapasitas dan konteks hidup kita sendiri.
Kita jarang melihat bahwa setiap orang punya jalan hidup yang sangat berbeda. Ada yang memang menemukan passion dan kesempatannya sejak remaja. Ada juga yang baru tahu apa yang ingin diperjuangkannya di usia 30-an. Dan tidak apa-apa. Kita tidak terlambat. Hidup bukan lomba cepat-cepatan, tapi tentang bagaimana kita bisa bertumbuh dengan tulus di waktu yang paling tepat. Menunda pencapaian bukan berarti gagal. Tidak jadi "luar biasa" di usia muda bukan berarti hidup kita sia-sia.