Mohon tunggu...
Syauqi Ahmad
Syauqi Ahmad Mohon Tunggu... Ilmuwan - Asisten Staf Khusus Presiden RI & Mahasiswa Pascasarjana Ketahanan Energi, Universitas Pertahanan

I am interested in public relations, digital marketing, communication, and the government sector

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Langkah Kepemimpinan Strategis Sang Panglima Perang Khalid bin Walid dalam Perang Uhud, Mut'ah dan Yarmuk

11 Mei 2024   22:27 Diperbarui: 12 Mei 2024   22:16 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Devianart.com by Ertugrul196714

Kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern. Kepemimpinan adalah keterampilan dan kemampuan seseorang memengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih tinggi maupun lebih lebih rendah daripada nya dalam berpikir dan bertindak agar perilaku yang semula mungkin individualistik dan egosentrik berubah menjadi perilaku organisasional (Hutahaean, 2021).

Menurut penulis, dalam konteks militer, kepemimpinan strategis ditekankan pada pengambilan keputusan yang mengarah pada pencapaian tujuan jangka panjang dalam pertempuran, operasi, dan strategi militer. Ini melibatkan kombinasi keteralmpilan strategis, pemahaman taktirs dan kemampuan pemimpin yang kuat untuk mengarahkan pasukan dengan efektif. Selain itu, kepemimpinan strategis juga melibatkan kerjasama dengan berbagai organisasi pemerintah ataupun internasional untuk mencapai tujuan strategis yang lebih besar, seperti stabilisasi daerah, pembangunan negara, dan penegakan perdamaian.

Salah satu pemimpin dunia dari Arab yang terkenal sukses dalam perang karena kepemimpinan strategisnya yakni, Khalid bin Walid yang merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW karena terkenal akan kepemimpinannya dalam peperangan sehingga dijuluki sebagai Pedang Allah yang terhunus dikarenakan dalam buku Para Panglima Islam karya Rizim Aizid menyebutkan bahwa Khalid bin Walid sampai akhir hayatnya tidak memiliki kekalahan dalam perang yang dipimpinnya.

Khalid bin Wahid merupakan keturunan dari Bani Makhzum salah satu kelompok terpandang, kaya raya dan sangat disegani di suku Quraisy. Khalid Lahir di Makkah pada tahun 538 M, dimana semasa kecilnya dikenal sebagai seorang yang keras dan senang terhadap seni peperangan & bela diri, serta mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang & memanah. Ia belajar terhadap segala sesuatu yang dipelajari sebagaimana sesuai dengan anak-anak seusianya, dan dipersiapkan untuk perang serta adu ketangkasan. 

Kepemimpinan strategis Khalid bin Walid terlihat saat memimpin pasukan dan memenangkan pertempuran melawan pasukan Muslim pada perang Uhud. Kemenangan ini berkat kemampuannya melihat celah dalam pertahanan Muslim yang ditinggalkan saat pemanah di bukit meninggalkan pos mereka untuk mengambil rampasan perang. Khalid segera menggerakkan pasukan untuk mengelilingi bukit dan menyerang pasukan Muslim dari belakang, mencetak kemenangan pertama bagi kaum Quraisy.

Setelah memeluk Islam, Khalid bin Walid sering dipercaya sebagai panglima perang karena kemampuan, keberanian, dan kepemimpinannya. Dalam kemenangannya melakukan peperangan memimpin pasukan muslim (3.000 pasukan) melawan pasukan Romawi (200.000 Pasukan) pada Perang Mut'ah, Khalid menggunakan strategi dengan memperkuat barisan pasukan Muslim yang sempat kacau,  serta melakukan kamuflase dengan memencar sedemikian rupa dalam garis memanjang. Hal ini membuat pasukan Romawi terkejut dan mengira bala bantuan dari Rasulullah telah datang.

Dalam Perang Yarmuk, memimpin pasukan Muslim (30.000 pasukan) berhasil mengalahkan Romawi (80.000 pasukan) dengan Khalid bin Walid sebagai pemimpin menggunakan strategi kurdus, yaitu membentuk batalion menjadi 35-40 kurdus. Setiap kurdus, dengan seribu orang yang dipimpin oleh seorang pemimpin pasukan, bertugas untuk membangkitkan semangat berjihad mereka dengan mengelilingi pasukan.

Aspek-aspek kepemimpinan strategis Khalid bin Walid termasuk kehebatannya dalam pengambilan keputusan, ketajaman strategi, dan taktik yang efektif dalam berbagai kondisi pertempuran. Keberaniannya di medan pertempuran, di mana dia selalu berada di garis depan, memotivasi dan memimpin pasukannya dengan teladan, serta keahlian strategis dan operasionalnya dalam memanfaatkan kekuatan dan kelemahan musuh untuk keuntungannya, juga mencirikan kepemimpinannya.

Referensi

Huatahean, Wendy Sepmady. (2021). Filsafat dan Teori Kepemimpinan. Jawa Timur: Ahli Media Press

Rohmah, Tazkiyatur. (2022). Strategi Peperangan Khalid bin Walid dalam Perang Mut'ah dan Perang Yarmuk. Jurnal Sejarah Islam, Vol . 01, No. 1

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun