Perbedaan kognitif antara anak eksakta dan non-eksakta bukanlah pertentangan, melainkan refleksi dari jalur neural dan pengalaman belajar yang berbeda. Anak eksakta unggul dalam logika, pola, dan analisis numerik, sedangkan anak non-eksakta unggul dalam narasi, interpretasi, dan konteks sosial.
Fenomena ini terlihat jelas di dunia nyata, di mana setiap kelompok memiliki kekuatan dan tantangan masing-masing. Integrasi kedua gaya berpikir ini menjadi kunci untuk menghadapi masalah kompleks, baik di pendidikan, lingkungan, maupun kehidupan sehari-hari. Menghargai perbedaan ini dan belajar menjembatani keduanya adalah langkah penting untuk mengembangkan kemampuan kognitif secara menyeluruh.
Referensi:
- Neubauer, A.C., & Fink, A. (2009). Intelligence and neural efficiency. Neuroscience & Biobehavioral Reviews, 33(7), 1004-1023.
- Deary, I.J., Penke, L., & Johnson, W. (2010). The neuroscience of human intelligence differences. Nature Reviews Neuroscience, 11(3), 201-211.
- Jung, R.E., & Haier, R.J. (2007). The Parieto-Frontal Integration Theory (P-FIT) of intelligence: Converging neuroimaging evidence. Behavioral and Brain Sciences, 30(2), 135-154.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI