Mohon tunggu...
Auliya Ahda Wannura
Auliya Ahda Wannura Mohon Tunggu... Penulis

Seorang Penulis freelance dan solo traveler.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tumbal dan Tradisi : Apakah Kita Masih Bangsa Yang Rasional?

15 Juni 2025   16:28 Diperbarui: 15 Juni 2025   16:28 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Pinterest (https://pin.it/37F2K2DWj)

Plato tetap mendasarkan pencarian kebenaran pada akal budi (nous), bukan pada rasa takut terhadap makhluk tak terlihat.

Michael Faraday: Ilmuwan dan Penentang Spiritisme

Michael Faraday, penemu elektromagnetisme, juga dikenal sebagai penentang praktik-praktik supranatural di zamannya. Ia meneliti klaim-klaim "gaib" dalam fenomena spiritisme dan membuktikan secara ilmiah bahwa sebagian besar di antaranya adalah tipuan belaka.

Faraday menyatakan bahwa "keraguan adalah kondisi ilmiah yang sehat." Artinya, kita tidak boleh menerima sesuatu hanya karena dipercaya banyak orang, tanpa bukti atau logika. Ini selaras dengan prinsip falsifiabilitas dalam sains modern.

Ketika Mistik Menjadi Alat Mencari Uang

Kondisi masyarakat Indonesia menunjukkan adanya simbiosis antara kemiskinan, keterbelakangan pendidikan, dan maraknya kepercayaan pada hal gaib. Dalam banyak kasus:

  • Orang rela menumbalkan ayam, kambing, hingga anak kandung demi kekayaan instan lewat pesugihan.
  • Tempat-tempat angker menjadi "objek wisata spiritual" yang digunakan untuk praktik perdukunan demi keuntungan ekonomi.
  • Praktik "jual jin", "penglaris", "susuk", dan "ilmu kebal" menjadi komoditas dagang yang laris di pasar tradisional maupun daring.

Lebih ironis lagi, beberapa tokoh publik dan pengusaha besar pun diduga melakukan ritual gaib, seolah menunjukkan bahwa praktik irasional tidak hanya terbatas pada rakyat kecil, tetapi juga terjadi di kalangan elite.

Mengapa Rasionalitas Penting?

Rasionalitas adalah kemampuan berpikir dengan logis, koheren, dan berdasarkan fakta. Ini adalah dasar dari ilmu pengetahuan, filsafat, hukum, dan sistem sosial modern. Tanpa rasionalitas, masyarakat akan terjebak dalam:

  • Ketakutan yang tidak berdasar
  • Eksploitasi oleh dukun, paranormal, dan "orang pintar"
  • Kekacauan moral (membunuh demi "perintah gaib")

Logika sebagai cabang dari filsafat adalah alat untuk membedakan argumen yang sahih dari yang sesat. Ilmu pengetahuan sebagai produk dari rasionalitas memungkinkan kita membuat vaksin, teknologi komunikasi, listrik, dan membangun sistem sosial yang adil.

Rasionalitas tidak berarti menolak spiritualitas, tetapi mewajibkan setiap klaim untuk diuji secara kritis dan empiris, bukan diterima begitu saja karena "katanya".

Kepercayaan terhadap dunia yang tak terlihat memang tidak bisa sepenuhnya dihapus. Namun, menggantikan logika dengan mistik dalam urusan praktis seperti ekonomi, kesehatan, atau hukum adalah bentuk kemunduran kolektif. Ini membuktikan bahwa kita belum sepenuhnya menjadi bangsa yang rasional.

Pendidikan kritis, penguatan sains dan logika dalam kurikulum, serta penghapusan legitimasi terhadap dukun atau paranormal dalam sistem formal (seperti dalam politik atau pengobatan) harus menjadi prioritas bangsa.

Tidak ada bangsa besar yang dibangun atas dasar takut pada hantu atau jin. Bangsa besar dibangun oleh manusia yang percaya pada nalar, ilmu pengetahuan, dan kemanusiaan. Kita harus bertanya: apakah kita ingin tetap menjadi bangsa yang percaya pada tumbal dan pesugihan, atau menjadi bangsa yang berjuang dengan akal dan kerja keras?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun