Mohon tunggu...
Aulia Rahma
Aulia Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Nusa Putra

Mahasiswa Akuntansi Universitas Nusa Putra

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Resesi Ekonomi Indonesia pada Masa Pandemi

15 Juni 2021   19:03 Diperbarui: 15 Juni 2021   19:10 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Resesi mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian dari kita, tidak semua masyarakat mengetahui apa itu resesi. Padahal, akhir-akhir ini sering terdengar istilah resesi ekonomi yang menjadi topik yang terus dibicarakan seolah hal ini menjadi hal yang menakutkan bagi banyak pihak, seperti pemerintah, pengusaha, hingga pekerja yang tidak luput dari lemahnya perekonomian di Indonesia. Lalu apa sebenarnya resesi ekonomi itu? dan dampak apa saja yang ditimbulkan terhadap perekonomian Indonesia?.

Jadi apa yang di maksud dengan Resesi ?

Resesi dalam ekonomi makro adalah kondisi ketika produk domestik bruto menurun. Terjadi ketika pertumbuhan ekonomi rill bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Dikutip dari pendapat Ekonom senior Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhammad Edhie Purnawan, resesi ekonomi adalah istilah dalam ilmu makro ekonomi yang mengacu pada penurunan yang signifikan dalam kegiatan ekonomi. Edhie Purnawan menuturkan consensus dari para ekonom dunia menyatakan  bahwa terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi riil selama dua kartal secara berturut-turut (diminishing GDP) yang disertai dengan peningkatan jumlah pengangguran. Resesi ekonomi dapat berlangsung lebih dari beberapa bulan, yang biasanya dideteksi dari jatuhnya GDP riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi sektor-sektor industry dan penjualan grosir dan eceran. Sedangkan definisi makro ekonomi, yang dikutip dari buku "Konsep Dasar Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi (2018)" karya Thamrin, Ekonomi makro adalah Ilmu ekonomi yang mempelajari perekonomian suatu negara secara komprehensif. Ekonomi yang bisa menganalisis tentang produsen secara keseluruhan dan konsumen dalam pengalokasian pendapatan dalam membeli barang/jasa. Jadi dapat dikatakan bahwa resesi ekonomi ini akan berdampak signifikan pada seluruh sektor ekonomi dalam skala yang besar dengan acuan nilai GDP yang turun selama dua kuartal.

Dari pengertian tersebut terkait dengan resesi dapat diartikan resesi merupakan penurunan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut. Indikator resesi bisa dilihat dari penurunan GDP (Gross Domestic Product). Faktor-faktor yang mempengaruhinya GDP yaitu konsumsi masyarakat, belanja negara, investasi di sektor riil, dan kegiatan ekspor-impor. Jadi jika keempat faktor tersebut melemah selama dua kuartal (1 kuartal = 3 bulan berurutan) maka dapat dikatakan  sebuah negara mengalami resesi.

Lalu bagaimana saat ini kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ?

Melihat kondisi pada saat ini di tengah pandemi covid 19 banyak negara di dunia ini yang diprediksi akan mengalami resesi ekonomi akibat dari pandemi covid 19, salah satunya yang termasuk akan mengalami resesi adalah Indonesia.  Di awal tahun 2020 ini sebenarnya Indonesia telah mengalami penurunan ekonomi. Penurunan ekonomi telah terasa selama 1 kuartal yang kemudian diikuti kuartal berikutnya dikarenakan pandemi yang mulai mewabah di Indonesia. Pandemi covid-19 membuat perekonomian Indonesia jatuh kedalam resesi, Indonesia resmi mengalami masa resesi ekonomi yang ditandai dengan adanya kontrasi Produk Domestik Bruto berturut-turut selama dua kuartal. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dan melaporkan data pertumbuhan Produk Domestik Bruto pada kuartal III- 2020 minus 3,49 persen (year on year/yoy). Hal ini menjadikan Indonesia masuk jurang resesi kembali untuk pertama kali sejak tahun 1998. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III masih lebih baik dari pada kuartal sebelumnya, pada kuartal II 2020 PDB berada pada minus 5,32 persen (year on year/yoy). PDB Pada kuartal IV- 2020 minus 2,19 persen (year on year/yoy), pertumbuhan ekonomi secara kuartalan ekonomi tumbuh sebesar minus 0,42 persen, artinya pertumbuhan ekonomi membaik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya meski pertumbuhan ekonomi masih mengalami kontraksi.

Struktur ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020  kelompok provinsi di Pulau Sumatra mengalami kontraksi kinerja pertumbuhan ekonomi sebesar 2,22 persen.Pada kelompok provinsi di pulau Jawa 58,88 persen mengalami kontraksi kinerja pertumbuhan ekonomi sebesar 4,00 persen (yoy), kelompok provinsi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara mengalami kontraksi kinerja pertumbuhan ekonomi terdalam sebesar 6,80 persen. Kelompok Provinsi Pulau Kalimantan sebesar 4,23 persen, Pulau Sulawesi 0,82 Persen, sementara Pulau Maluku dan Papua mengalami kontraksi kinerja pertumbuhan ekonomi dengan persentase sebesar 1,83 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan pertumbuhan ekonomi dari sisi produksi pada Lapangan Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi terdalam sebesar 13,42 persen. Dari sisi pengeluaran hampir semua komponen terkontraksi, Komponen Eskpor Barang dan Jasa dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi terdalam sebesar 7,21 persen. Sementara sisi pengeluaran Impor Barang dan Jasa mengalami kontraksi sebesar 13,52 persen.

Resesi dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi penyebab terjadinya resesi pada suatu negara terutama di Indonesia. Salah satunya yaitu disebabkan oleh pandemi covid-19 yang menjadi guncangan ekonomi, karena dengan adanya pandemi menjadikan terbatasnya ruang gerak masyarakat untuk bekerja dan membuat orang-orang takut untuk keluar rumah, sehingga pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau disingkat dengan (PSBB). Masyarakat juga banyak yang menunda pembelian atau menunda harga yang lebih rendah hal ini menyebabkan tingkat konsumsi di masa pandemi menjadi menurun akibat pemasukan masyarakat yang menurun. Tingkat konsumsi menurun sedangkan produsen tetap memproduksi barangnya , maka akan terjadi penumpukan barang produksi. Sebaliknya jika produksi barang rendah dan konsumsi tinggi, maka kebutuhan tidak mencukupi dan negara akan melakukan impor hal ini  yang dapat meyebabkan kerugian bagi produsen dan berpengaruh pada lemahnya pasar modal apabila produsen tidak mengatur jumlah produksinya.

Tingkat penggaguran yang cukup tinggi juga menjadi salah satu faktor penyebab resesi. Tenaga kerja memiliki peran penting dalam menggerakan perekonomian, pengangguran tinggi diakibatkan lemahnya perekonomian yang banyak dialami oleh banyak perusahaan. Maka perusahaan membuat keputusan untuk mensiasati strategi yang seefisien mungkin untuk biaya pengeluaran perusahaan yaitu dengan cara mengurangi jumlah karyawan karena produksi yang menurun. Akhirnya angka pengangguran meningkat dan keadaan aktivitas ekonomi yang melambat membuat pencari kerja kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun