Mohon tunggu...
Aulia Putri Al Amin
Aulia Putri Al Amin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa S1 jurusan Pendidikan Sosiologi di Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena "Ngepods" di Kalangan Remaja dan Mahasiswa: Gaya Hidup, Identitas, dan Tantangan Sosial

28 Juni 2025   16:57 Diperbarui: 28 Juni 2025   17:15 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Latar Belakang Masalah

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena "ngepods" atau penggunaan vape pods semakin ramai dibicarakan di kalangan remaja dan mahasiswa. Ngepods merujuk pada aktivitas mengisap rokok elektrik berukuran kecil, biasanya dilengkapi dengan rasa-rasa yang manis dan aroma wangi, seperti buah-buahan, kopi, atau permen. Kehadiran pods dianggap sebagai "alternatif" dari rokok konvensional dan kerap dianggap lebih modern, bersih, dan tidak terlalu mencolok. Banyak anak muda yang mulai menggunakan pods bukan karena mereka perokok aktif sebelumnya, tetapi karena ingin mencoba tren yang sedang berkembang di lingkungan pertemanan atau media sosial.

Budaya ngepods ini mulai menjamur di ruang-ruang publik yang banyak diisi anak muda seperti kafe, kampus, konser musik, dan bahkan tempat ibadah. Mereka yang menggunakan pods sering kali tampil dengan gaya berpakaian kekinian, memegang pods seolah menjadi bagian dari aksesori gaya hidup. Dari sinilah kemudian pods tidak lagi hanya dipahami sebagai alat konsumsi nikotin, melainkan telah berubah menjadi simbol status sosial baru bagi sebagian anak muda. Hal ini juga didorong oleh banyaknya konten media sosial yang secara tidak langsung mempopulerkan pods sebagai bagian dari gaya hidup urban, keren, dan open-minded.

Tren ini menjadi semakin mengkhawatirkan karena banyak pengguna pods yang sebenarnya belum memahami bahaya dan risiko kesehatan jangka panjang yang bisa ditimbulkannya. Banyak pemuda menganggap bahwa pods aman karena tidak menghasilkan "asap," padahal penelitian menunjukkan bahwa kandungan nikotin dan zat kimia lain dalam cairan pods tetap bisa menyebabkan ketergantungan serta gangguan pada saluran pernapasan. Fenomena ini mencerminkan adanya kesenjangan literasi kesehatan di kalangan anak muda, terutama dalam menyikapi informasi yang mereka konsumsi dari media sosial dan pertemanan.

Selain menjadi bagian dari gaya hidup, penggunaan pods juga mulai membentuk norma sosial baru di kalangan remaja dan mahasiswa. Dalam banyak lingkungan pergaulan, ngepods tidak lagi dianggap sebagai hal yang tabu atau menyimpang, melainkan sesuatu yang biasa dan bahkan "wajar." Normalisasi ini mengakibatkan semakin banyak anak muda yang merasa tidak perlu menyembunyikan kebiasaannya, bahkan cenderung merasa bangga. Hal ini menciptakan ruang sosial yang membuat perilaku konsumsi pods terus berkembang secara terbuka tanpa hambatan berarti, bahkan di lingkungan pendidikan.

Lebih jauh, perkembangan budaya pods juga menunjukkan bagaimana identitas anak muda saat ini banyak dibentuk oleh media dan konstruksi digital. Mereka yang tampil di media sosial dengan pods sering kali mendapatkan apresiasi berupa like, komentar positif, bahkan undangan ke komunitas tertentu. Dalam konteks ini, media sosial bukan hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga arena pembentukan citra diri dan validasi sosial. Anak muda mulai meyakini bahwa untuk terlihat keren, diterima, dan dianggap "gaul," maka mereka harus menampilkan gaya hidup tertentu, salah satunya adalah ngepods.

Fenomena ini juga memperlihatkan bagaimana perusahaan-perusahaan besar mampu memanfaatkan celah sosial dan psikologis anak muda. Produk pods sering dikemas secara estetis, dengan iklan yang menyasar selera dan preferensi visual generasi muda. Strategi pemasaran yang membaurkan antara gaya hidup, teknologi, dan kebebasan pribadi berhasil menciptakan ilusi bahwa pods bukanlah produk adiktif, melainkan bagian dari ekspresi diri. Dalam banyak iklan, pods digambarkan sebagai simbol modernitas dan kebebasan, seolah mengisyaratkan bahwa siapa pun yang menggunakannya adalah individu yang bebas, santai, dan berpikiran terbuka.

Dengan melihat berbagai dimensi di atas, fenomena ngepods di kalangan anak muda bukanlah hal sepele yang cukup dihadapi dengan larangan atau peringatan satu arah. Ini adalah fenomena sosial yang kompleks dan perlu ditelaah secara ilmiah dalam perspektif sosiologi agar dapat dipahami struktur sosial, budaya, dan relasi kuasa yang mendukungnya. Hanya dengan pendekatan yang menyeluruh dan berbasis pemahaman sosiologis, pendidikan dan masyarakat bisa merumuskan strategi yang efektif untuk membangun kesadaran dan alternatif gaya hidup yang lebih sehat dan bermakna bagi generasi muda.

Analisis Sosiologi

Teori Interaksionisme Simbolik

Dari sudut pandang interaksionisme simbolik, "ngepods" bukan hanya tindakan mengisap nikotin, tetapi sebuah tindakan yang memiliki makna simbolik. Anak muda menggunakan pods bukan semata-mata karena ketagihan nikotin, tetapi karena ingin membentuk citra tertentu: keren, dewasa, atau anti-mainstream. Pods menjadi simbol dari "gaya hidup urban," dan dalam interaksi sosial, penggunaan pods menandai seseorang sebagai bagian dari kelompok tertentu, misalnya kelompok anak tongkrongan, kelompok kampus kreatif, atau komunitas digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun