Mohon tunggu...
Jati Suriadikusumah
Jati Suriadikusumah Mohon Tunggu... -

Warga Banten yang merantau hingga ke wilayah Kepulauan Riau. \r\nI spilled what I thought..\r\nhttp://auliajatizz.wordpress.com\r\nhttp://orchestra-j.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berhati-hatilah Menggunakan Istilah Cash / Credit Payment di Kota ini

6 Oktober 2013   17:47 Diperbarui: 4 April 2017   17:45 3480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita yang melakukan transaksi jual-beli dalam aktivitas sehari-hari pasti sudah sangat familiar dengan ungkapan pembayaran secara cash atau pembayaran secara kredit. Namun, berhati-hatilah menggunakan istilah ini di Kota Batam, karena bisa terjadi miskomunikasi antara anda dengan pihak kedua karena perbedaan pengertian antara cash dan kredit. Terutama ketika melakukan transaksi untuk barang elektronik atau barang yang cukup mahal di mana kita sebagai pembeli bisa memilih antara pembayaran secara cash atau kredit.

Saya hanya ingin menceritakan pengalaman saya di kota Batam ini. Saya tidak ada niat menjelek-jelekan pihak lain dan tidak juga berniat menyatakan saya yang benar karena belum tentu saya yang paling benar dalam artikel ini. Namun, saya hanya ingin berbagi cerita pengalaman saya agar orang lain yang sepaham dengan saya berhati-hati dan mengetahui mengenai keunikan di kota ini.

[caption id="attachment_270598" align="aligncenter" width="240" caption="Sumber : finance.detik.com"][/caption]

Bagi saya yang sejak kecil tinggal di wilayah ibukota Jakarta, ditambah lagi dengan pendidikan saya di jurusan ekonomi, saya sudah sangat familiar dengan istilah pembayaran secara cash atau kredit. Mungkin sebagian besar dari anda sepaham dengan saya bahwa ketika penjual bertanya “Mau bayarnya cash atau credit ?”, yang ada di pikiran kita adalah :

- Pembayaran secara cash adalah pembayaran secara tunai artinya kita membayar langsung dengan fisik uang tunai pada saat itu juga.

- Pembayaran secara kredit - secara simpelnya adalah “berhutang”, yaitu kita tidak langsung melunasi saat itu juga namun kita memiliki jaminan sebagai pengganti uang tunai kita. Jaminan tersebut biasanya berupa kartu kredit. Namun selain kartu kredit, bisa juga bentuk jaminan lain seperti kartu identitas atau surat kepemilikan barang. Membayar secara mencicil juga dapat dikategorikan kredit karena kita tidak melunasi pembayaran transaksi saat barang tersebut kita peroleh.

-Sebenarnya ada satu metode pembayaran lagi yang sering digunakan yaitu pembayaran secara debit (ditarik langsung dr rekening pembeli). Namun sepengalaman saya, istilah pembayaran debit ini jarang menimbulkan ambiguitas karena secara umum, publik memiliki pemahaman yang sama mengenai ini.

[caption id="attachment_270599" align="aligncenter" width="270" caption="Sumber : intisari-online.com"]

13810549841265604010
13810549841265604010
[/caption]

Saya akan menceritakan salah satu pengalaman saya saat membeli produk elektronik. Saat itu saya hendak membeli salah satu smartphone yang sedang booming. Kebetulan brand elektronik asal Korea ini memiliki authorized dealer di kota Batam ini. Saya lebih memilih untuk membeli dari toko yang sudah jelas merupakan distributor resmi karena barangnya lebih terjamin dan memiliki garansi walaupun harganya lebih mahal daripada di counter-counter elektronik yang bukan merupakan authorized dealer produk tersebut. Karena dari awal memang saya berniat untuk membeli smartphone tersebut menggunakan kartu kredit, maka saya bertanya kepada penjaga toko tersebut (walaupun sebenarnya hanya untuk basa-basi), “Di sini bisa bayar dengan kredit (credit card) kan ?”. Dan penjaga toko tersebut secara spontan berkata “tidak bisa”. Saya tentu saja kaget. Bagaimana mungkin distributor resmi dari produk elektronik internasional yang sudah sangat terkenal tidak bisa melakukan transaksi secara kredit ? Dan spontan saya menimpali “Pakai kartu kredit maksudnya, masa tidak bisa ?”. Dan kembali lelaki penjaga tersebut berkata “tidak bisa, cuma bisa cash”. Saya semakin heran karena di counter kasir ada mesin EDC (mesin untuk gesek kartu debit / kredit). Saya bicara lagi “Lah, itu ada mesin-mesin untuk kartunya di situ, buat apa dong ?”. Namun lelaki penjaga toko tersebut tetap kekeuh berkata bahwa tidak bisa dengan kredit dan hanya bisa dengan cash. Saya akhirnya keluar dari toko tersebut sambil agak kesal dan geleng-geleng kepala. Di dalam pikiran saya adalah “aneh sekali, masa tidak bisa bayar dengan credit card di authorized dealer perusahaan internasional ?”. Bahkan teman saya yang saat itu menemani saya juga ikut heran.

Karena saya sudah berniat untuk membeli smartphonetersebut, akhirnya kami berkeliling ke dealer-dealer handphone resmi lain yang jumlahnya sangat terbatas di kota Batam ini -- berharap mendapatkan toko yang menjual produk smartphone yang saya cari dan bisa melakukan pembayaran dengan kartu kredit. Dan alhamdulillah, saya tidak menemukan model smartphone yang saya cari di toko distributor resmi lain di seantero Batam. Model smartphone yang saya cari hanya ada di toko pertama yang tidak dapat melakukan pembayaran secara kredit. Sekarang pilihan yang ada adalah membeli model yang lain atau menunggu kepulangan saya ke Jakarta dan mencari di Jakarta. Namun, saya masih mau mencoba toko distributor resmi terakhir dulu sebelum memutuskan alternatif lain. Dan seperti yang saya duga, model yang saya cari tidak ada di tempat tersebut. Walaupun begitu, ketika saya bertanya mengenai apakah bisa melakukan pembayaran secara kredit, wanita pelayan toko tersebut bertanya “Maksudnya pembayaran kredit seperti dengan ……….(menyebut nama-nama perusahaan pembiayaan) ? Dan dalam seketika saya langsung menyadari sesuatu. Di benak saya langsung terbersit suatu gagasan yang berhubungan dengan identitas kota Batam. Setelah itu saya langsung kembali ke toko awal yang saya datangi. Kali ini saya mengubah pertanyaan saya “Kalau bayar pakai Visa, bisa ? Credit Card Visa”. Kebetulan saat itu penjaga tokonya sudah berganti menjadi wanita dan dijawabnya “Bisa kok”. Saat itu saya merasa senang karena akhirnya bisa mendapatkan smartphone yang saya incar sekaligus kesal karena kesalahpahaman ini.

Saya begitu geram dengan kurang pahamnya penjaga toko mengenai hal pembayaran kredit ini yang menyebabkan saya harus seharian berputar-putar kota Batam untuk hal yang sebenarnya tidak perlu. Bahkan malam itu saya sempat terpikir untuk memasukkan masalah ini ke surat pembaca di media publik. Bukan ada maksud tertentu, namun kota  Batam ini merupakan kota internasional di mana banyak turis asing berkunjung. Kebanyakan warga asing saat ini sudah menghindari berjalan-jalan dengan membawa uang tunai dalam jumlah banyak di kantong mereka dan lebih memilih menggunakan kartu kredit untuk transaksi jual-beli. Penjaga toko tersebut merupakan representatif dari produk yang dijual, apalagi ini merupakan authorized dealer yang membawa nama perusahaan. Ketidakpahaman pelayan toko authorized dealer akan masalah pembayaran kredit merupakan hal yang memalukan yang dapat menyebabkan representasi buruk bagi perusahaan internasional tersebut dan bagi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun