suaramu adalah ihwal yang membentuk malam,
mengukir deru angin pada jiwa yang semula gersang
yang tiupannya tak mampu lagi mencegahku tuk terus maju
berjalan menghampirimu,
atau berlari mengejarmu ketika kau mulai lupa jalan pulang
senyummu serupa candu yang lebih berbahaya dari nikotin,
aku memandanginya setiap saat bak perokok yang tak bisa berhenti
menghisap tembakau
ah, sayangnya kita adalah jarak
yang menunggu waktu tuk mendekat,
pelangi yang dengan sabar menunggu hujan berhenti,
mengusaikan rindu mengukir warna dengan langit seusai suram
Jakarta, 2 Maret 2021
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!