Mohon tunggu...
Aulia Wulandari
Aulia Wulandari Mohon Tunggu... Freelancer - ❀

Lahir tahun 2000

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bahaya Diabetes dan Obesitas di Balik Minuman Kekinian

28 Desember 2019   15:51 Diperbarui: 28 Desember 2019   21:53 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun terakhir, banyak bermunculan variasi minuman kekinian yang kian bergilir menjadi incaran para pecinta kuliner. Rasa dan keunikan yang ditawarkan masing-masing merek menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk turut serta dalam tren konsumsi minuman kekinian tersebut. Minuman kekinian yang digandrungi masyarakat terutama pada kalangan remaja dikenal memiliki berbagai paduan rasa yang didominasi rasa manis. Konsumsi berlebihan gula atau pemanis buatan dapat menjadi pemicu berbagai penyakit seperti diabetes dan obesitas.

Diabetes melitus atau lebih sering disebut dengan diabetes menurut Kemenkes merupakan penyakit metabolik menahun yang diakibatkan karena pankreas tidak memproduksi insulin dengan cukup atau kondisi di mana tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang diproduksi. Insulin adalah hormon yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan kadar gula darah yang apabila terganggu akibatnya berupa peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah atau hiperglikemia. Sedangkan obesitas merupakan kondisi di mana tubuh mengalami penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi dengan energi yang digunakan dalam waktu lama.

Penyakit diabetes dan obesitas merupakan jenis penyakit tidak menular yang membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat terlihat gejalanya meskipun dewasa ini semakin sering terjadi pada orang yang lebih muda, terutama remaja. Hal ini disebabkan banyak orang tidak menyadari bahwa pola hidup yang mereka jalani ternyata merupakan pola hidup yang buruk dan berisiko terhadap penyakit diabetes maupun obesitas.

Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan pengidap diabetes tipe 2 di mana penyebabnya adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat dicegah. Laporan Riskesdas menujukkan prevalensi diabetes melitus pada tahun 2013 adalah sebesar 6,9% yang naik menjadi 8,5% pada tahun 2018. Adapun data lain yang perlu diperhatikan adalah tren peningkatan proporsi obesitas pada orang dewasa sejak tahun 2007 mengalami peningkatan sejak tahun 2007 dari sebesar 10,5% menjadi 14,8% pada tahun 2013 dan semakin meningkat sebesar 21,8% menurut Riskesdas 2018.

Pola makan kurang baik dan pola aktivitas fisik sedenter merupakan faktor risiko penyebab diabetes dan obesitas. Pola makan buruk berupa konsumsi minuman yang disertakan pemanis buatan menyebabkan kadar glukosa berlebih dalam darah dan merusak sistem kerja insulin. Asupan energi yang diserap ke dalam tubuh harus digunakan secara seimbang melalui aktivitas fisik. Apabila pola makan buruk disertai dengan aktivitas fisik yang buruk pula maka akan berujung pada penyakit diabetes maupun obesitas.

Tren konsumsi minuman manis kekinian yang sedang mewabah di kalangan masyarakat akan berdampak pada bahaya penyakit diabetes dan obesitas apabila tidak disertai dengan kesadaran untuk membatasi konsumsinya. Bahkan, masyarakat cenderung tidak mempedulikan kandungan yang terdapat dalam minuman-minuman tersebut yang sebenarnya melebihi batas konsumsi gula yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan.

Jenis minuman kekinian yang sedang menjadi tren di Indonesia sangatlah bervariasi namun yang paling populer adalah jenis bubble milk tea. Data nutrisi menunjukkan minuman bubble milk tea mengandung gula dan lemak dalam jumlah tinggi yang ditambahkan pemanis dengan sirup jagung fruktosa tinggi dan merupakan bagian dari Sugar-sweetened beverage (SSB). Menurut studi yang dilakukan Ambrosini (2013) SSB memiliki keterkaitan dengan kenaikan berat badan dan obesitas. Sebagian besar studi penelitian telah menemukan bahwa konsumsi minuman manis memiliki hubungan positif dengan berat badan di mana peningkatan konsumsi minuman manis berkaitan dengan kenaikan berat badan dan risiko obesitas yang lebih besar dari waktu ke waktu pada anak-anak maupun kalangan dewasa.

Minuman manis dengan pemanis fruktosa termasuk ke dalam golongan karbohidrat sederhana yang mudah dicerna dan berperan sebagai penyedia glukosa yang akan digunakan sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi secara cepat. Konsumsi yang berlebihan akan dicadangkan di dalam hati berbentuk glikogen dengan jumlah terbatas hanya untuk keperluan energi beberapa jam. Kondisi tersebut menyebabkan kadar glukosa darah menjadi meningkat dan apabila tidak disertai dengan aktivitas fisik yang sepadan maka cadangan tersebut akan menjadi bentuk lemak sehingga menyebabkan berat badan berlebih.

Kebanyakan orang tidak menyadari kandungan energi dari gula di dalam minuman manis yang mereka konsumsi karena bentuknya yang berupa cairan. Orang-orang cenderung tidak memperhatikan kadungan gula yang terdapat pada minuman manis melainkan hanya mementingkan rasa manis dan kelezatan yang ditawarkan dari minuman manis tersebut.

Peringatan Hari Diabetes Sedunia yang dicanangkan oleh organisasi International Diabetes Federation (IDF) setiap tanggal 14 November menekankan pada diperlukannya pendidikan dan kesadaran untuk lebih mengenal diabetes. Adapun Hari Obesitas Sedunia setiap tahunnya mengingatkan bahwa obesitas merupakan pintu masuk bagi berbagai penyakit tidak menular maka perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan maka dari itu penting untuk menjaga asupan gizi seimbang serta aktivitas fisik dalam pencegahan penyakit obesitas.

Untuk dapat mencegah penyakit diabetes dan obesitas, diperlukan konsumsi gizi seimbang dan menyeimbangkannya dengan aktivitas fisik yang sesuai.  Konsumsi minuman manis kekinian perlu dibatasi tanpa memandang usia karena dengan membatasi minuman manis dapat mengurangi risiko terhadap penyakit diabetes dan obesitas. Apapun yang dikonsumsi secara belebihan tidaklah baik sejalan dengan firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-A’raf ayat 31 sebagai berikut.

۞ يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Dalam firman tersebut telah dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah SWT. tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan yang dalam hal ini adalah makanan. Konsumsi makanan dan minuman berlebih dapat menyebabkan kerugian bagi manusia itu sendiri seperti misalnya penyakit diabetes dan obesitas. Untuk itu, manusia harus bijaksana dalam memilih makanannya dan tidak belebih-lebihan.

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai apa yang mereka konsumsi sehari-hari dan aktivitas fisik yang menyertainya sangatlah perlu ditingkatkan. Mengingat bahwa minuman kekinian yang kemungkinan akan menjadi lebih populer yang diiringi dengan meningkatnya prevalensi penyakit diabetes dan obesitas maka diperlukan perhatian lebih pemerintah untuk dapat mencegah dan menanggulanginya.

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan perhatian lebih terhadap kandungan minuman manis yang beredar serta menyarankan kepada masyarakat untuk lebih memilah jenis minuman yang akan dikonsumsi berkaitan dengan kandungannya dan mempromosikan konsumsi minuman lain seperti air. Beriringan dengan meningkatnya pengetahuan mengenai bahaya konsumsi berlebih minuman manis diharapkan dapat lebih menyadarkan masyarakat untuk lebih memperhatikan pola konsumsi dan memilih alternatif minuman lain yang lebih sehat.

Daftar Pustaka

Ambrosini, G. L., Oddy, W. H., Huang, R. C., Mori, T. A., Beilin, L. J., & Jebb, S. A. (2013). Prospective associations between sugar-sweetened beverage intakes and cardiometabolic risk factors in adolescents. The American journal of clinical nutrition, 98(2), 327-334.

Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI. 2016. Obesitas. Diakses melalui http://www.p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/obesitas pada 28 Desember 2019 pukul 13.02 WIB.

Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI. 2016. Penyakit Diabetes Melitus. Diakses melalui http://www.p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus pada 28 Desember 2019 pukul 12.22 WIB.

Hardiansyah, A., Yunianto, A. E., Laksitoresmi, D. R., & Tanziha, I. (2017). Konsumsi Minuman Manis dan Kegemukan pada Mahasiswa. Jurnal Gizi, 6(2).

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Potret Sehat Indonesia dari Riskesdas 2018. Diakses melalui https://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-indonesia-dari-riskesdas-2018.html pada 28 Desember 2019 pukul 12.11 WIB.

Malik, V. S., Schulze, M. B., & Hu, F. B. (2006). Intake of sugar-sweetened beverages and weight gain: a systematic review–. The American journal of clinical nutrition, 84(2), 274-288.

Min, J. E., Green, D. B., & Kim, L. (2017). Calories and sugars in boba milk tea: implications for obesity risk in Asian Pacific Islanders. Food science & nutrition, 5(1), 38-45.

Qoirinasari, Q., Simanjuntak, B. Y., & Kusdalinah, K. (2018). Berkontribusikah konsumsi minuman manis terhadap berat badan berlebih pada remaja?. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 3(2), 88-94.

Zakaria, Hikmawati H, Rauf S, Salama M. Gambaran Pola Makan Dan Asupan Zat Gizi Makro Pada Remaja Gemuk Di Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Jurusan Gizi. Media Gizi Pangan. 2015;20(2):68-72.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun