Mohon tunggu...
aulia firda hartanti
aulia firda hartanti Mohon Tunggu... mahasiswa

saya sekarang sebagai mahasiswa yang memiliki hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arti Sebuah Keikhlasan

12 Oktober 2025   14:34 Diperbarui: 12 Oktober 2025   14:34 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah kota dengan jejeran gedung-gedung tinggi menjulang, hiduplah seorang perempuan bernama Nula, gadis sederhana yang memiliki senyum menenangkan serta memiliki keluarga yang humoris dan romantis. Hidupnya berjalan lancar, ia kuliah, kerja paruh waktu, pulang ke rumah dan kadang tinggal sementara di apartemen kecil milikinya kalau ia bosan. Sampai suatu hari, tanpa disengaja ia bertemu Dito, seorang lelaki menawan yang selalu tampak tenang namun menyimpan banyak luka yang mendalam.

Pertemuan itu hanya sepele, sebuah buku yang terjatuh di bawah atap halte. Dari situlah percakapan yang sederhana berubah menjadi kebiasaan. Dito, lelaki yang tumbuh tanpa kasih sayang penuh dri orang tuanya, menemukan ketenangan dalam sosok diri Nula. Namun Nula yang selama ini hidup dengan penyakit kronis yang ia sembunyikan, merasa lebih berwarna hidupnya semenjak bertemu dengan Dito.

Hari demi hari dan waktu terus berjalan, Dito dan Nula semakin dekat, keduanya saling melengkapi dan komitmen. Dibalik tawa mereka ada rahasia yang tak benar-benar terucap. Dito tahu Nula sakit, namun ia memilih berpura-pura tidak tahu agar gadis itu tetap kuat dan bahagia. Nula menyadari betapa dalam perasaannya pada Dito, tapi ia takut suatu saat lelaki itu pergi karena kondisinya.

Malam itu, hujan turun dengan sangat deras tanpa henti. Dito mengantarkan Nula pulang dari rumah sakit setelah pemeriksaan rutin. Ia menatap gadis itu dengan senyum kehangatan dan ketulusan yang terakhir kali Nula lihat darinya. Dalam perjalanan pulang, kecelakaan pun menimpa Dito, ia menabrak mobil lalu terguling dengan di selimuti darah yang mengalir di tubuh basahnya. Dito meninggal di tempat, sementara Nula hanya bisa menangis pedih di pemakaman. 

Tahun pun berlalu dan lukanya tak benar-benar hilang, namun perlahan menjadi bagian dari dirinya. Nula belajar satu hal, mencintai itu tidak harus memiliki, dan keikhlasan adalah bentuk cinta yang paling tulus. Kini setiap kali hujan turun, ia selalu menatap air yang mulai berjatuhan ketanah dengan tersenyum kecil, seolah Dito masih ada di sisinya dan mengajarkan arti sebuah keikhlasan yang sesungguhnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun