Mohon tunggu...
august arham
august arham Mohon Tunggu... pelajar

melakukan perjalan dengan nestapa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konflik pemikiran antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama

29 April 2025   20:29 Diperbarui: 29 April 2025   20:29 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

       Masalah adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Setiap orang, dari berbagai latar belakang dan usia, pasti pernah menghadapi masalah, baik yang kecil maupun besar. Masalah bisa datang dalam berbagai bentuk-kesehatan,ekonomi,hubungan sosial,pendidikan,dan sebagainya. Namun, cara seseorang menghadapi masalah itulah yang seringkali membedakan antara mereka yang tumbuh dan mereka yang terpuruk.

      Seringkali, masalah dianggap sebagai hambatan atau beban. Padahal, jika dipandang dari sudut yang berbeda, masalah bisa menjadi peluang untuk belajar, berkembang, dan memperkuat karakter. Seperti otot yang perlu tantangan untuk menjadi kuat, manusia juga memerlukan tantangan untuk tumbuh lebih bijak dan tangguh.

     Disini saya membawakan sebuah konflik pemikiran antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

ditengah keberagaman islam di indonesia, dua organisasi besar yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) sering menjadi sorotan, bukan hanya karena pengaruh sosial keagamaannya yang luas, tetapi juga karena perbedaan pandangan yang kadang menimbulkan konflik pemikiran. Meski sama-sama berakar dari semangat dakwah islam dan cinta tanah air, pendekatan mereka terhadap ajaran, tradisi, dan modernitas kerap kali berbeda secara signifikan.

    Salah satu titik konflik yang cukup klasik adalah dalam hal praktik keagamaan (amaliah). Muhammadiyah, dengan pendekatan purifikasi (pemurnian) yang berbasis pada Al-Qur'an dan sunnah secara tekstual dan rasional, sering menolak amalan-amalan yang dianggap tidak memiliki dasar kuat dari dua sumber utama tersebut. Sebaliknya,NU yang berpijak pada tradisi Asy'ariyah dan madzhab Syafi'i, lebih akomodatif terhadap tradisi lokal dan amalan turun-temurun seperti tahlilan, ziarah kubur, maulid nabi, dan sebagainya.

    Konflik ini muncul ketika satu pihak menganggap amalan pihak lain sebagai bentuk bid'ah atau penyimpangan. Sebagai contoh, dalam satu komunitas, praktik tahlilan setelah kematian bisa menjadi ajang ketegangan antara kelompok NU yang memandangnya sebagai bentuk penghormatan dan solidaritas sosial, sementara sebagian warga Muhammadiyah menilainya sebagai amalan yangtidak berdasar.

Namun, yang menarik, konflik-konflik tersebut tidak selalu mengarah pada perpecahan total. Di banyak tempat, warga Muhammadiyah dan NU hidup berdampingan, bahkan dalam satu keluarga. Perselisihan ini lebih sering berbentuk perbedaan tafsir dan pendekatan, bukan permusuhan nyata. Dalam konteks inilah muncul pertanyaan: apakah ini benar-benar masalah, atau hanya dinamika wajar dalam keberagaman umat?

    Jika dipermasalahkan secara emosional, perbedaan ini bisa menjadi sumber friksi sosial. Namun jika dipahami sebagai kekayaan cara pandang dalam islam yang luas, konflik ini justru bisa menjadi peluang dan kematangan beragama.

Sekian sedikit pengetahuan sebuah konflik masalah yang saya tulis jika ada perbedaan pendapat atau kesalahan kata menurut pembaca mohon maaf yang sebesar-besarnya. Namanya juga manusia tidak luput dari kesalahan

    

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun