Orang dewasa lebih dominan mengalami malaise pasca-aktivitas, kelelahan ekstrim, serta gangguan memori (Gross et al., 2024).
Dampak pada Kehidupan Sehari-hari
Anak-anak dengan Long COVID menghadapi tantangan dalam sekolah dan interaksi sosial.
-
Orang dewasa lebih banyak mengalami gangguan dalam pekerjaan dan aktivitas sehari-hari (Limal, 2024).
Pada orang dewasa, Long COVID cenderung muncul dengan gejala yang lebih berat dan persisten. Gejala utama yang dialami banyak orang dewasa adalah kelelahan kronis, yang bisa sangat mengganggu dan melemahkan. Kelelahan ini sering disertai dengan malaise pasca-aktivitas, di mana aktivitas fisik atau mental ringan sekalipun menyebabkan penurunan kondisi yang signifikan. Gangguan kognitif, termasuk masalah memori, kesulitan berkonsentrasi, dan "brain fog", menjadi gejala yang sangat menonjol. Gejala-gejala ini dapat sangat mengganggu kehidupan sosial dan pekerjaan, serta mempersulit individu untuk kembali ke rutinitas sehari-hari.
Selain gejala kognitif dan kelelahan fisik, banyak orang dewasa dengan Long COVID juga mengalami gejala psikologis seperti kecemasan, depresi, dan stres pasca-trauma. Tantangan emosional ini sering kali diperburuk oleh ketidakpastian dan frustrasi yang timbul akibat sifat penyakit yang berlangsung lama. Gejala pernapasan seperti sesak napas dan batuk yang menetap juga sering ditemukan, terutama pada mereka yang mengalami gangguan pernapasan saat fase akut infeksi.
Kehadiran gejala-gejala tersebut dapat mengganggu kemampuan orang dewasa untuk bekerja, menjalani kehidupan sehari-hari, dan berinteraksi dengan orang lain. Dampak jangka panjang dari gejala ini tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik, tetapi juga dapat berimbas pada kesejahteraan psikologis, menciptakan siklus kelelahan fisik dan mental yang saling memperburuk satu sama lain.
Penanganan Long COVID
Penanganan Long COVID memerlukan pendekatan multidisiplin, karena gejalanya dapat memengaruhi berbagai sistem organ. Pengobatan biasanya difokuskan pada meredakan gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pada kasus kelelahan yang parah, terapi olahraga bertahap dan terapi perilaku kognitif dapat digunakan untuk membantu pasien secara perlahan memulihkan daya fisik dan mental. Bagi pasien yang mengalami gangguan kognitif, latihan memori dan strategi untuk meningkatkan konsentrasi dapat sangat membantu.
Pengobatan farmakologis juga dapat digunakan untuk menangani gejala-gejala tertentu. Sebagai contoh, pasien dengan gejala pernapasan yang menetap mungkin memerlukan inhaler atau obat anti-inflamasi untuk membantu memperbaiki fungsi paru. Obat antidepresan dapat diberikan bagi mereka yang mengalami kecemasan atau depresi, sementara gejala gastrointestinal dapat dikelola dengan penggunaan obat penurun asam atau obat lain untuk meredakan ketidaknyamanan.
Karena Long COVID merupakan kondisi yang baru dan kompleks, penyedia layanan kesehatan harus menyesuaikan perawatan dengan kebutuhan individual setiap pasien. Pemantauan berkelanjutan dan penyesuaian strategi pengobatan sangat penting untuk mengatasi perubahan gejala yang terjadi. Penelitian terkait pengobatan yang efektif masih terus berlanjut, dan peran vaksin dalam mencegah atau mengurangi Long COVID juga sedang dipelajari.