Mohon tunggu...
Audina Lyadi
Audina Lyadi Mohon Tunggu... Guru - Pelajar

Menulis untuk membentuk pengalaman baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perspektif Rasionalisme dan Berbenah untuk "Generasi Z" Indonesia

24 Desember 2019   22:46 Diperbarui: 26 Desember 2019   10:14 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.istimewa via https://www.rchilli.com/

Ketiga, rendahnya kepercayaan diri siswa Indonesia. Dan terakhir, peran orang tua juga dirasa belum maksimal dalam membantu permasalahan ini.

Maka dari itu diperlukan sinergi yang kuat antara pemerintah, sekolah, dan orang tua untuk terciptanya solusi yang tepat. Pemerintah dan sekolah dapat bekerja sama untuk melakukan peningkatan kualitas guru baik dari aspek pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional. Guru harus dapat menemukan metode pendidikan anak dalam perspektif rasionalisme. 

Seperti yang dikemukakan oleh Dewey (1916) "Education is the process of facilitating learning. Knowledge, skills, values, beliefs, and habits of a group of people are transferred to other people, through storytelling, discussion, teaching, training, or research. 

Education frequently takes place under the guidance of educators, but learners may also educate themselves in a process called autodidactic learning". Dalam perspektif rasionalisme, anak merupakan sebuah subjek pendidikan. 

Pendidikan berguna untuk memfasilitasi perkembangan anak untuk mencapai tingkat kedewasaaanya.  Dan perlu diingat pembelajar bisa saja mendapatkan pelajaran dari berbagai macam proses yang dinamakan otodidak. Dari hal ini dapat terlihat, guru dalam menerapkan metode pendidikan bagi anak generasi Z yang rasionalism harus bertindak sebagai fasilitator, biarkan anak menjadi pusat pembelajaran dan berkembang. Selain itu, guru harus :

  • Ahli dalam bidang yang diajarnya : mengingat generasi Z yang aktif dan mudah mendapatkan informasi darimana saja. Pastinya, akan banyak sekali pertanyaan yang akan ditanyakan kepada guru. Dan sebagai guru sudah seharusnya kita dapat meluruskan konsep yang bisa saja keliru pada mereka.
  • Mampu menyampaikan pengetahuan secara terstruktur : mengingat salah satu karakterisitik generasi Z adalah realistis. Seorang guru akan dituntut menyampaikan pembelajaran yang erat dengan kehidupan keseharian mereka dengan konsep yang runtut dan teratur. Sehingga mereka akan merasa 'butuh' untuk mempelajari ilmu tersebut dan mudah dalam memahaminya.
  • Mengikuti perkembangan teknologi dan penelitian terbaru : tidak dipungkiri adanya dukungan teknologi yang mengelilingi generasi Z, menjadikan generasi ini lebih kreatif dalam segala hal. Dan sebagai pendidik, sudah menjadi keharusan untuk dapat mengimbangi kemajuan teknologi yang pesat ini. Guru juga harus memberikan kesan yang uptodate terhadap berbagai perkembangan ilmu yang terjadi di sekitar mereka. 

Selain dilakukan peningkatan kualitas pengajar. Pemerintah juga berperan untuk melakukan pemantauan ketat terkait aktivitas yang terjadi di media sosial khususnya pada anak-anak di usia sekolah agar tidak terjadi cyberbullying yang sedang marak di dunia virtual, mengingat salah satu sifat generasi Z yaitu figital. 

Tak hanya pemerintah, peran orang tua disini sangat diperlukan, karena bagaimanapun juga keluarga yang memiliki peran sangat dekat pada anak-anak tersebut. 

Diperlukan dukungan yang tidak hanya materil tetapi juga dukungan mental, dalam mewadahi aktif nya anak-anak ini, dukung segala bentuk aktivitas mereka yang positif, serta tidak mengotak-ngotakan pemikiran mereka. Seperti sebuah kalimat dari buku World War Z  karya Max Brooks (2006) yang menyatakan, "Generation Z, they cleaned up their own mess". 

Generasi Z sangat suka mengeksplorasi banyak hal, dengan begitu terkadang mungkin timbul beberapa permasalahan akibat tindakan mereka. Tetapi sebagai orang tua, tidak sepatutnya menyalahkan kesalahan seorang anak dan mengakibatkan turunnya kepercayaan diri mereka. 

Malah justru sebaliknya, orang tua dapat membimbing dan meyakinkan kembali mereka untuk menyelesaikan segala sesuatu yang sudah mereka mulai, walaupun terkadang memang tidak mudah.  

Semoga dengan segala usaha yang  dilakukan, dapat meningkatkan kualitas generasi Z Indonesia. sehingga untuk sepuluh tahun mendatang, generasi negara kita mampu bersaing secara kompetitif di kalangan seusianya dalam hal apapun. Ayo semangat berbenah untuk generasi Z Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun