Mohon tunggu...
Kinar Set
Kinar Set Mohon Tunggu... Pustakawan - rajin dan setia

senang belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Raya Kurban dan Empati Kita

30 Juli 2020   16:55 Diperbarui: 30 Juli 2020   16:53 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS sering kita dapatkan ketika merayakan hari Raya Kurban atau hari raya Haji adalah ketika Nabi Ibrahim mendapat mimpi dari Allah SWT untuk menyembelih anak laki-lakinya yaitu Ismail.

Hal itu sempat membuatnya gundah karena bagaimanapun seorang yang patuh dan taat kepada perintah Allah, memnyembelih (membunuh) anaknya yang selama berpuluh-puluh tahun dia idamkan bukanlah perkara mudah. 

Dia segera meminta pendapat ndari anaknya itu sendiri seperti ada tertulis : "maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata Wahai anakku, Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu " ( QS As-Saffat: ayat 102)

Sebenarnya tidak umum untuk seorang Nabi meminta pendapat anaknya sendiri soal perintah Allah kepadanya, karena perintah itu adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh Nabi Ibrahim tanpa komentar atau sanggahan lebih lanjut. Sebagai orang yang sangat dekat dan patuh pada Allah, Ibrahim pasti dengan patuh melaksanakan perintah Allah tanpa kompromi.

Namun, gambaran di atas memperlihatkan bagaimana Ibrahim memperlihatkan sifat demokratisnya kepada anaknya. Dia meminta pendapat anaknya sendiri tentang penyembelihan itu. Di sini kita  bisa melihat bagaimana keluasan hati seorang Nabi Ibrahim kepada keluarganya. Di sini juga kita bisa melihat bagaimana demokratisnya seorang Nabi Ibrahim.

Seorang Ismail  dalam ayat selanjutnya berkata : "Dia (Ismail) menjawab Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS As-Saffat: ayat 102). 

Digambarkan bagaimana seorang Ismail adalah seorang yang penyabar dan ikhlas dengan apa yang sudah digariskan Allah kepada dirinya dan keluarganya. Dan peristiwa hari Raya Kurban seperti yang kit abaca dalam kitab-kitab bahwa Malaikat Jibril mendatangi mereka dan mengganti Ismail dengan domba.

Dari gambaran di atas kita bisa membayangkan bahwa keluasan hati, demokratisasi dalam keluarga sangat penting. Perlunya kita mendapat gambaran soal suasana hati dan pendapat orang lain termasuk keluarga. 

Dalam pengertian lebih luas lagi sebenarnya Idul Adha adalah memberikan tempat bagi orang lain di hati kita; dengan berkorban membeli hewan dan menyembelih dan membagi-bagikan kepada orang lain adalah hal yang seharusnya dilakukan sebagai umat Islam.

Terlebih lagi kita berada di suasana pandemic dimana banyak orang sangat bersusah karena tidak ada pendapatan yang memeadai untuk menghidupi keluarga mereka. Tentu banyak orang perlu menerima bantuan orang lain untuk tetap survive.

Karena itu, pengertian hari raya kurban tidak hanya sebatas menerima dan memberi hewan kurban tapi pemaknaan yang lebih luas adalah perasaan empati terhadap nasib orang lain.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun