Mohon tunggu...
Atunk F. Karyadi
Atunk F. Karyadi Mohon Tunggu... Editor - Menulis yang manis dan mengedit yang pahit. Haaa

Suka yang klasik dalam kata, dan futuristik dalam kerja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Bom Sarinah

20 Januari 2016   14:10 Diperbarui: 1 April 2017   08:52 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi Bom Sarinah*

Oleh Ahmad Jaelani**

/1/
Aku adalah kalimat suci yang kalian baca setiap hari lima kali
Laksana obat, seharusnya aku bisa menyembuhkan kalian dari berbagai penyakit
Namun aku hanya dibaca tanpa dicerna, sehingga aku pun lewat begitu saja

Aku tahu kalian terlalu sibuk, sampai waktu sejenak pun sulit dibujuk
Atau karena aku hanya seonggok kalimat ringan yang kalian hapal sejak usia bocah ingusan
Atau mungkin sang imam shalat terlalu cepat, sampai aku tak dapat tempat
Atau mungkin kalian terburu-buru hendak jihad melawan saudaramu sendiri
Atau mungkin benderang telah ditabuh, di mana kalian takut terbunuh

Sebenarnya, siapa yang kalian sembah? 
Tuhan atau Jihad?

Jangan-jangan, kalian telah rabun
Berjihad atas nama Tuhan? 
Atau menuhankan jihad? 

Saranku, segeralah ke optik terdekat
Sebelum datang Amerika Serikat
Dan rupiah anjlok berlipat-lipat

/2/
Aku adalah kalimat yang di-install jutaan umat berabad-abad
Pada Kamis 14 Januari 2016, dunia geger karena berita dari Sarinah Jakarta
Sebuah bom meledak, terjadi baku tembak, dan mayat-mayat tergeletak
Aktivitas kota terhenti, lampu merah mati, semua berhati-hati
Teriakan histeris terdengar, air mata mengalir, darah suci bercucuran
Semua panik, dari bapak direktur, nona karyawan, polisi juga pelamar kerja
Tujuh nyawa suci hilang; dua warga sipil dan lima pelaku
Ditambah 24 korban luka fisik, dan ratusan benda mati yang kian mati

Hari ini dan hari-hari setelahnya, mencatat para pelaku sebagai sejarah kelam
Kalian diindikasi berafiliasi dengan jaringan teroris internasional ISIS
Ada Sunakim alias Afif, Sugianto, juga Ajad Sudrajad
Kalian mati sedangkan keluarga menangis tanpa henti
Sang istri kehilangan kasih sayang, para anak terhempas masa depan

Belum lagi para korban yang tak bersalah, pergi begitu saja
Padahal jika tidak dibunuh, mereka akan shalat ribuan rokaat
Mereka juga akan bersedekah sekian juta rupiah dalam hidupnya
Dan yang tak kalah penting mereka akan beranak pinak 
Sampai cucu-cicit dan tujuh turunan selanjutnya
Beribadah, bersosial, mengubah dunia lebihbaik

Lalu, mengapa kalian bunuh mereka?
Tuhan saja tidak tega membunuhnya?
Jadi, lebih mahabenar mana,
Antara kalian dan Tuhan?! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun