"Sirah Cinta Tanah Baghdad" merupakan karya fiksi berbentuk novel yang ditulis oleh Berliana Kimberly. Beliau kerap disapa Kak Kim, seorang Lawyer, Novelist dan Public Speaker. Karya pertamanya yaitu "Laut Tengah", novel yang ditulis dari tahun 2021 dan sempat booming pada masanya hingga novel tersebut diadaptasi menjadi film yang ditayangkan di bioskop pada bulan Oktober tahun 2024.
Ditinjau dari judulnya "Sirah Cinta Tanah Baghdad", kata "Sirah" dalam bahasa Arab artinya "Perjalanan". Novel ini menceritakan kisah perjalanan yang berbalut romansa dan religi. Menariknya, dalam novel tersebut memberikan pengetahuan tentang sejarah peradaban Islam yang sangat gemilang pada masanya di wilayah Asia Tengah.
Keisya Khaizuran adalah tokoh utama dalam novel tersebut. Dia merupakan anak angkat dari seorang Kyai pemilik pondok pesantren. Meskipun Keisya anak angkat, namun Abah dan Uminya sudah menganggap seperti anak kandung sendiri. Abah dan Uminya memberikan nama lengkap Keisya Khaizuran. Nama Khaizuran terinspirasi dari Ratu Khaizuran, Ibunda dari Khalifah Harun Ar-Rasyid yang cerdas dan bijaksana. Harun Ar-Rasyid merupakan khalifah kelima dari Dinasti Abbasiyah. Pada masa kepemimpinannya, kaum muslimin memiliki perpustakaan terbesar sebagai pusat ilmu pengetahuan di dunia bernama Baitul Hikmah di Kota Baghdad.
Keisya tumbuh di lingkungan pesantren yang dari kecil sudah terdidik dalam ilmu agama sehingga ketika dewasa memiliki potensi dalam berdakwah atau menyebarkan ilmu agama. Mendengar kisah indah tentang sejarah peradaban Islam di wilayah Asia Tengah, membuat Keisya memiliki keinginan untuk menapakkan jejak peradaban Islam di sana tepatnya di Uzbekistan. Negara yang memiliki bangunan-bangunan bersejarah yang begitu indah. Selain itu, Uzbekistan menjadi saksi betapa hebatnya peradaban ilmu yang umat Islam miliki di masa kegemilangan Dinasti Abbasiyah.
Tokoh lain yang diceritakan pada novel tersebut adalah Muhammad Fikra Al-Baghdad. Dia adalah anak Kyai pemilik pondok pesantren sekaligus sahabat dari Abahnya Keisya. Abinya memberikan nama Baghdad dengan harapan bisa tumbuh menjadi laki-laki yang tangguh selayaknya arsitektur bundar Kota Baghdad di masa Dinasti Abbasiyah yang tahan dari serangan.
Keisya dan Fikra adalah sahabat dari kecil. Mereka terpisahkan ketika menginjak usia dewasa dengan dua jalan yang berbeda. Keisya dengan jalan dakwahnya, Fikra dengan kehidupannya tidak seperti anak seorang Kyai yang orang lain mengira akan seperti abinya bisa berdakwah dan ikut mengasuh di pesantren. Fikra hidup seperti halnya orang Barat, yang bebas, gaul, jauh dari agama. Hal itu terjadi lantaran masalah yang pernah dihadapi semasa hidupnya sehingga dia terpuruk kemudian memutuskan pergi ke London hingga tinggal di Jakarta.
Menginjak dewasa, Fikra dan Keisya akhirnya dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Walaupun sudah mengenal sejak kecil, namun ujian di alami dalam hubungan rumah tangganya begitu luar biasa layaknya Kota Samarkand yang dijarah, kesucian para gadisnya dinodai dan penduduknya dihabisi dengan bengis oleh Genghis Khan tanpa sisa.
Kisah peradaban Islam dan indahnya Negeri Uzebekistan yang diceritakan dalam novel, memberikan  pengetahuan yang mind blowing kepada pembaca. Dalam novelnya diceritakan, salah satu wilayah di  Uzbekistan yaitu Kota Samarkand dengan bangunan indah berwarna biru kehijauan yang menjadi saksi kegemilangan peradaban Islam. Warna biru kehijauan dipilih menjadi ciri khas karena biru seringkali dilambangkan sebagai warna langit dan air, sumber kehidupan manusia. Biru kehijauan juga lambang kekuatan spiritual umat islam. Konon, warna Turqoise adalah penanda bahwa tempat-tempat indah di Uzbekistan masih terkoneksi dengan tempat bersejarah milik umat muslim di belahan dunia lainnya. Salah satunya, masjid Al-Aqsha yang juga menggunakan warna biru-kehijauan di beberapa sudutnya.
Dikisahkan juga tentang seorang Amir Timur, pendiri Dinasti Timurid. Dialah seorang jenderal dan negarawan yang hebat. Sosok pemimpin yang dekat dengan Al-Qur’an, ramah dan tangguh. Dia juga pemimpin yang dicintai rakyatnya karena, kedermawanan, kealiman serta kontribusinya dalam berbagai bidang. Amir Timur banyak berjasa untuk membangun roda perekonomian di jalur sutra. Amir Timur mengajak para penguasa berbagai wilayah untuk menjalin hubungan dagang, korespondensi diplomatik dalam skala besar dan senantiasa menjaga keamanan jalur perdagangan. Maka dari itu, Mavarounnahr, Samarkand, Tashkent dan Bukhara menjadi pusat utama kekuatan kreatif di Asia Tengah.
Cerita yang dikemas semenarik mungkin, juga membuat pembaca ikut terbawa dalam alur cerita. Selain itu, sebagian kosakata yang terlihat asing dijelaskan kembali pada footnote sehingga dapat mempermudah pembaca dalam memahami isi cerita. Akan tetapi, ada juga beberapa istilah kata yang terlihat asing, namun tidak diberikan keterangan sehingga penulis perlu memperhatikan lagi agar cerita bisa lebih dipahami oleh pembaca.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI