KOMPASIANA--Pameran FJTT di Pendapa Manggala Praja Nugraha, Trenggalek, yang berlangsung dari 28 September hingga 4 Oktober 2025. Kegiatan ini menjadi ruang pertama yang merekam perjalanan kesenian jaranan melalui arsip, artefak, dan koleksi visual. Selain sebagai ruang dokumentasi, pameran ini juga mempertemukan seniman, pelaku usaha, dan komunitas dalam upaya autentikasi sejarah serta membangun ekosistem jaranan lewat diskusi publik yang terbuka dan kolaboratif.
Pameran ini memulai upaya identifikasi jaranan dengan mengumpulkan arsip dan artefak sejarah yang dihimpun dari berbagai grup, sanggar, serta kolektor di Trenggalek. Setiap properti, dokumentasi perjalanan, dan koleksi barongan ditampilkan sebagai bentuk apresiasi terhadap pengrajin dan pelestari lewat kerja kreatif. Pameran ini tidak hanya berfokus pada tampilan artefak, tetapi juga membuka ruang diskusi bagi publik sehingga peserta saling berbagi pengetahuan, wawasan, dan cerita penting yang membangun spektrum jaranan. Tantangan utama berada pada keterbatasan waktu riset, persiapan singkat, serta keterbatasan fasilitas ruang pamer yang layak. Namun demikian, kolaborasi antara gallery sitter, panitia, dan art handler berhasil mengatur mobilitas serta keamanan artefak dengan baik, dan publikasinya dilakukan melalui jejaring komunitas.
Saga Tanjung, ketua panitia, menyampaikan, "Pameran ini mendapat antusiasme tinggi dari para apresiatior, bahkan banyak artefak serta data riset baru ditemukan selama pameran berlangsung. Ini menjadi metode riset partisipatoris yang sangat memperkaya informasi bagi tim riset."
Jenita, salah satu penonton, memberikan apresiasi, "Sebagai orang dari luar Trenggalek, saya sangat kagum melihat pameran ini. Saat berkunjung, saya jadi lebih memahami perjalanan jaranan dari zaman dulu hingga sekarang.Opini Penulis
Terobosan pameran FJTT patut diapresiasi sebagai inisiatif awal membangun memori kolektif kesenian jaranan, walaupun perlu evaluasi lebih lanjut terkait optimalisasi waktu riset serta pengembangan fasilitas ruang pamernya agar mampu menjangkau lebih luas, termasuk membuka akses internasional.
Keberadaan gallery sitter dan sistem keamanan menjadi kunci kenyamanan pengunjung dan pelestarian artefak. Pameran ini harus menjadi stimulus bagi pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mendorong hadirnya galeri atau museum jaranan yang lebih representatif serta menginisiasi pameran serupa untuk masa depan yang lebih inklusif dan profesional.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI