Literasi merupakan salah satu kompetensi esensial yang harus dimiliki setiap individu, terutama generasi muda. Dalam konteks era digital yang berkembang pesat, literasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi informasi secara kritis. Sayangnya, tingkat minat membaca di kalangan siswa Indonesia masih relatif rendah. Fenomena ini dapat mengakibatkan kurangnya keterampilan berpikir kritis dan kesulitan dalam membedakan antara fakta objektif dan opini subjektif di platform media sosial.
Kemampuan literasi yang optimal memungkinkan seseorang untuk menangani banjir informasi yang ada di internet dengan efektif. Banyak pelajar yang cenderung menerima berita tanpa melakukan verifikasi kebenarannya, meskipun tidak semua konten yang beredar memiliki kredibilitas yang tinggi. Melalui penguatan literasi, individu dapat melakukan penyaringan terhadap sumber informasi, sehingga membedakan antara data yang dapat diandalkan dan yang tidak. Selain itu, literasi juga membina kemampuan berpikir logis dan analitis, yang pada gilirannya memfasilitasi pengambilan keputusan berdasarkan bukti empiris, bukan sekadar pengaruh emosional.
Sebagai ilustrasi, selama pandemi COVID-19, penyebaran informasi palsu di media sosial telah menyebabkan ketidakstabilan yang meluas di masyarakat. Individu dengan keterampilan literasi yang kuat cenderung tidak mudah terpengaruh, melainkan mencari referensi dari sumber resmi seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau Kementerian Kesehatan. Selain itu, siswa yang secara teratur membaca buku atau artikel berkualitas cenderung memahami materi pembelajaran dengan lebih mudah dan menunjukkan kepercayaan diri yang lebih besar saat menyampaikan argumen. Dari perspektif ini, jelas bahwa literasi memainkan peran krusial dalam membentuk karakter dan kecerdasan intelektual seseorang.
Untuk meningkatkan tingkat literasi, diperlukan kolaborasi yang sinergis antara keluarga, institusi pendidikan, dan komunitas masyarakat. Para pendidik dapat mendorong siswa untuk membaca setidaknya satu buku setiap bulan dan melakukan diskusi mendalam mengenai isinya. Orang tua juga berkewajiban memberikan teladan dengan membudayakan kegiatan membaca di rumah, sehingga anak-anak dapat meniru perilaku positif tersebut. Pemerintah sebaiknya memperluas akses terhadap sumber daya seperti buku digital gratis atau perpustakaan daring, guna membuat aktivitas membaca lebih mudah diakses dan menarik.
Dengan keterampilan literasi yang kuat, generasi muda akan berkembang menjadi individu yang cerdas dan kritis yang tahan terhadap pengaruh informasi yang tidak akurat. Literasi bukan hanya proses membaca, tetapi merupakan modal utama untuk berpikir secara jelas dan bertanggung jawab dalam lingkungan yang dipenuhi dengan data yang melimpah. Oleh karena itu, mari kita tanamkan kebiasaan membaca secara teratur dan belajar untuk menggali makna yang lebih dalam dari setiap bahan bacaan. Dari satu halaman yang kita jelajahi hari ini, dapat terdapat dampak transformasional yang signifikan bagi kemajuan bangsa di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI