Mohon tunggu...
Atiek Rachmawati
Atiek Rachmawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kongres Bahasa Jawa di Tengah Gempuran Bahasa Alay Para Generasi-Z

5 November 2023   18:02 Diperbarui: 5 November 2023   18:10 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Banyak orang mengetahui bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Fungsi utama Bahasa sebagai alat komunikasi tersebut bahwasanya bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud ataupun tujuan untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksud ini adalah bisa saling dipahami ataupun dimengerti oleh pembicara dengan lawan bicaranya. Sementara itu, menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2014:32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.

Dikutip dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6478219/20-bahasa-yang-paling-banyak-digunakan-di-dunia-bahasa-jawa-indonesia-masuk, terdapat 20 bahasa yang paling banyak digunakan di dunia, yaitu : (1) Bahasa Inggris - 1,12 miliar penutur, (2) Mandarin Mandarin - 1,10 miliar penutur, (3) Bahasa Hindi - 698 juta penutur,(4) Spanyol - 512 juta penutur, (5) Bahasa Prancis - 284 juta penutur, (6) Bahasa Arab - 273 juta penutur, (7) Bengali - 265 juta penduduk, (8) Bahasa Rusia - 258 juta penutur, (9) Portugis - 234 juta penutur, (10) Bahasa Indonesia - 200 juta penutur, (11) Urdu - 170 juta penutur, (12) Bahasa Jepang - 150 juta penutur, (13) Bahasa Jerman - 135 juta penutur, (14) Punjabi - 100 juta penutur, (15) Bahasa Jawa - 84 juta penutur, (16) Wu Chinese - 80 juta penutur, (17) Telugu - 79 juta penutur, (18) Turki -78 juta penutur, (19) Bahasa Korea - 77 juta penutur dan (20) Marathi - 74 juta penutur. Ternyata bahasa Indonesia dan bahasa Jawa masuk di urutan ke 10 dan ke 15 bahasa yang paling banyak digunakan di dunia tersebut.

Di akhir abad ke-20 dan dalam abad ke-21 ini, dunia peradaban manusia memasuki Era globalisasi yang sangat pesat. Era globalisasi ini merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia dengan dampak yang sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan masyarakat, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, teknologi, lingkungan, budaya, dan sebagainya. Dan dalam era globalisasi ini juga, bahasa Indonesia dan bahasa Jawa khususnya juga menghadapi tantangan yang sangat serius terkait dengan penggunaannya di kehidupan masyarakat sehari-hari.

Generasi Z (selanjutnya ditulis Gen-Z) yang lahir dalam rentang tahun 1997an sampai dengan tahun 2012. merupakan generasi peralihan generasi milenial dengan teknologi yang semakin berkembang. Mereka tumbuh dan berkembang dalam era teknologi dan informasi yang lebih terpapar pada bahasa dan budaya asing daripada budaya dan bahasa daerah sendiri. Era teknologi dan internet memberikan akses sangat mudah ke bahasa dan budaya dari seluruh dunia. Gen-Z memiliki karakteristik yang unik dalam hal penggunaan bahasa. Bahasa daerah sendiri jarang digunakan, namun bahasa asing atau bahkan bahasa alay (gaya bahasa yang dianggap berlebihan dan selalu berusaha menarik perhatian lingkungan dan orang-orang sekitarnya) yang menjadi bahasa sehari-hari para Gen-Z tersebut. Rasanya sangat miris mendengar penggunaan bahasa mereka sehari-hari yang semakin jauh dengan adab dan penggunaan Bahasa yang benar.

Dikutip dari laman Wikipedia.org, Kongres Bahasa Jawa adalah kegiatan rutin 5 tahunan yang membahas mengenai Bahasa dan Budaya Jawa. Acara ini diselenggarakan oleh 3 Provinsi di Pulau Jawa secara bergantian yakni Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Jogjakarta. Dihadiri oleh para praktisi budaya Jawa, Birokrat, Akademisi dan masyarakat pencinta Budaya Jawa serta undangan khusus baik dari dalam maupun luar negeri. Kongres Bahasa Jawa I diadakan di Kota Semarang pada 15-20 Juli 1991 dan hingga saat ini telah dilaksanakan sebanyak 5 kali dengan diadakannya kongres Bahasa Jawa V di kota Surabaya tahun 2011. Kongres Bahasa Jawa VI di Yogyakarta tahun 2016. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kongres_Bahasa_Jawa)

Akan diadakannya Kongres Bahasa Jawa VII di Surakarta pada 28-30 November mendatang merupakan angin segar bagi kekhawatiran pelindungan penggunaan Bahasa Jawa oleh Gen-Z tersebut. Seperti diketahui, bahwa kongres Bahasa Jawa biasanya akan dihadiri oleh para ahli bahasa, penulis, sastrawan, aktivis budaya, dan pemangku kepentingan lainnya. Tujuan utama dari kongres bahasa Jawa adalah untuk melestarikan, mengembangkan, dan mempromosikan bahasa Jawa dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Mengambil tema "Gayeng Gumregut Ngrumat Basa Jawa", diharapkan hasil Kongres Bahasa Jawa VII dapat menghasilkan point-point penting dalam upaya pelindungan, pengembangan dan pembinaan Bahasa Jawa.

Sebagai bahan pertimbangan untuk kemudian bisa menjadi sebuah diskusi tentang penggunaan Bahasa Jawa oleh Gen-Z dewasa ini, adalah bagaimana penanganan Gen-Z dalam : (1) Penggunaan Media Sosial yang masif oleh Gen-Z. Tidak dipungkiri Gen-Z aktif di berbagai platform media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, Tik Tok, Telegram, Twitter dan lain sebagainya. Dalam media sosial tersebut, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris lebih umum digunakan. (2) Pemahaman pentingnya Bahasa Jawa bagi Gen-Z. (3) Kurangnya minat dalam pelestarian kebudayaan dan sastra Jawa bagi gen Z.

Alternatif solusi yang diberikan dalam upaya pelindungan, pengembangan dan pembinaan Bahasa Jawa terutama bagi Gen-Z adalah : (1) Mengundang atau mengikutsertakan perwakilan Gen-Z dari berbagai komunitas ataupun satuan pendidikan mereka untuk bisa ikut bergabung dan berkomitmen dalam upaya pelestarian Bahasa Jawa tersebut. (2) Aktif mengenalkan Bahasa Jawa di sekolah dengan meningkatkan akses dalam sumber daya pembelajaran dalam Bahasa Jawa, misalkan memperbanyak sarana dan prasarana di bidang literasi, baik manual ataupun digital yang berhubungan dengan bahasa Jawa, memutarkan musik, cerita ataupun karya sastra lain berbahasa Jawa di setiap waktu istirahat sekolah, serta menggunakan hari berbahasa Jawa yang aktif dengan pemilihan satu hari saja dalam satu minggu, di mana warga sekolah harus menggunakan Bahasa Jawa dalam berkomunikasi pada waktu istirahat atau di luar jam KBM. (3) Kerjasama aktif dengan komunitas kebudayaan untuk masuk ke dalam sistem kurikulum sekolah, misalkan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan pemberian materi yg menarik dan kreatif, sehingga para Gen-Z tersebut dapat belajar langsung dari ahlinya, merasa tertarik dan dapat menemukan ide atau inisiatif upaya pelindungan dan pelestarian Bahasa Jawa. (4) Peran serta aktif pemerintah ataupun para pemangku kepentingan dengan gencar memberikan kesempatan para Gen-Z mengapresiasikan kemampuan mereka dalam bentuk perlombaan ataupun dukungan yang lain, misal lomba poster berbahasa Jawa, music, puisi, pidato, tari, dongeng ataupun lomba berbahasa Jawa lainnya.

Pelaksanaan Kongres Bahasa Jawa ini sangat diharapkan untuk dapat mewadahi kegelisahan dan kekhawatiran masyarakat akan kemunduran penggunaan bahasa Jawa oleh Gen-Z tersebut. Kiranya untuk benar-benar melestarikan bahasa Jawa, sangatlah penting untuk kita menggabungkan kesadaran pribadi, masyarakat, dunia pendidikan, dan partisipasi aktif pemerintah. Dengan komitmen bersama tersebut, semoga bisa menjadi angin segar seluruh masyarakat untuk menjaga warisan budaya ini dan melestarikan keberadaan bahasa Jawa untuk generasi yang akan datang. (Atiek-2023)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun