Mohon tunggu...
Han
Han Mohon Tunggu... Penulis

Coffee addict.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bekerja Lebih Pintar, Anti Burnout: Pelajaran dari 'Working Hard, Hardly Working

9 Mei 2025   20:44 Diperbarui: 9 Mei 2025   20:44 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang bekerja. (Sumber: Unsplash.com/Microsoft Edge)

Di Indonesia, masalah burnout di kalangan anak muda semakin mendapat perhatian. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasi "Statistik Pemuda Indonesia 2023" menunjukkan bahwa stres adalah salah satu masalah kesehatan mental paling umum di kalangan remaja dan dewasa muda. Pada tahun 2022, survei menunjukkan bahwa tekanan akademis, hubungan sosial, dan persiapan masa depan sering kali menyebabkan burnout pada kelompok usia ini.

Sayangnya, banyak dari mereka belum memahami makna kerja keras yang sesungguhnya. Masih ada anggapan bahwa kerja keras berarti bekerja selama mungkin, dengan sedikit atau tanpa istirahat, bahkan pada waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat. Hal ini justru membuat banyak orang kewalahan dan frustrasi ketika hasil yang diharapkan tak kunjung datang.

Grace Beverley, dalam bukunya Working Hard, Hardly Working, menekankan pentingnya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Ia membagikan delapan pelajaran penting agar kita bisa bekerja lebih cerdas, memanfaatkan waktu secara optimal, dan menjaga kesehatan mental.

1. Redefinisi Makna Kerja Keras

Kerja keras bukan soal berapa lama kita bekerja, tetapi bagaimana kita mengelola energi dan fokus. Psychology Today menyebutkan bahwa perhatian yang terfokus dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja. Praktik mindfulness dan meditasi juga terbukti membantu.

Sejumlah ilmuwan hebat seperti Charles Darwin hanya bekerja beberapa jam per hari, sisanya diisi dengan kegiatan santai seperti berjalan-jalan dan bersosialisasi. Begitu pula Henri Poincar, matematikawan Prancis, yang melakukan pemikiran terdalamnya antara pukul 10 pagi--siang dan 5--7 sore. Meski durasi kerja mereka singkat, karya mereka berdampak besar.

2. Pahami Ritme Produktivitas Pribadi

Setiap orang punya ritme biologis atau circadian rhythm yang unik. Beberapa orang lebih produktif di pagi hari (morning people), sementara lainnya di malam hari (night owls). Menyesuaikan waktu kerja dengan ritme alami tubuh terbukti bisa meningkatkan produktivitas.

Namun bagi night owls, penting untuk tetap menjaga pola tidur sehat. Misalnya, tidur pukul 8 malam lalu bangun tengah malam untuk bekerja, dan tidur lagi menjelang siang. Ini lebih sehat ketimbang tidak tidur semalaman.

3. Utamakan Perawatan Diri dan Batasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun