Perundungan atau yang biasanya disebut sebagai "Bullying" yakni sebuah masalah yang sudah ada sejak awal mula peradaban, hampir setiap kelompok usia mengalaminya baik dari anak kecil hingga lansia. Yesus sendiri juga pernah mengalami Bullying dari para Ahli Taurat dan Imam-Imam Besar pada zaman dahulu. Namun, apakah sebenarnya itu perundungan? Mengapa perundungan ini merupakan masalah yang serius dan harus segera ditangani?
Berdasarkan pada KBBI Bullying atau biasa disebut dengan perundungan yaitu mengganggu; menjahili terus terusan; membuat susah; menyakiti orang lain baik fisik maupun psikisnya berbentuk kekerasan verbal, sosial, dan fisik terus menerus dan dari waktu ke waktu, seperti pemanggilan nama individu dengan julukan, pemukulan, mendorong, penyebaran rumor, pengancaman, atau merongrongnya. Secara umum Bullying artinya juga sebagai perpeloncoan, penindasan, pengucilan, pemalakan, dan lainnya. Perundungan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja yang dapat meninggalkan jejak luka yang dalam pada korban dan masyarakat pada umumnya. Salah satu tempat dimana perundungan dapat ditemukan yakni di lingkungan sekolah.
Di Indonesia sendiri, hasil asesmen nasional Kemendikbud Ristek tahun lalu menemukan ada 24,4 persen siswa atau peserta didik berpotensi mengalami insiden perundungan di satuan pendidikan atau sekolah. Hal ini merupakan suatu penemuan yang sangat memprihatinkan dan perlu ditangani dengan serius. Tapi yang lebih memprihatinkan lagi, statistik ini belum termasuk ribuan kasus yang tidak pernah dilaporkan oleh para siswa, sehingga statistik ini sebenarnya jauh lebih besar. Hal ini dikarenakan banyak korban perundungan di sekolah-sekolah takut melaporkan kasus tersebut, bisa karena takut semakin dipermalukan dan dilecehkan oleh para pelaku, takut akan ancaman oleh pelaku karena pelaku sering mengancam korban untuk tidak melaporkannya, maupun karena perasaan bahwa tidak ada yang akan mempercayainya karena merasa diri lemah dan tidak mampu membela diri. Dari situs Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) disebutkan bahwa bullying atau perundungan adalah salah satu dari 3 dosa besar pendidikan, selain kekerasan seksual dan intoleransi. Sehingga tindakan bullying di sekolah tentu perlu perhatian khusus dan tidak dapat disepelekan.
Diseluruh dunia, berdasarkan sebuah statistik dari UNESCO, dikatakan bahwa sebanyak dari populasi dunia pernah mengalami perundungan baik secara fisik maupun secara psikis, dari serendah 7% di Tajikistan hingga setinggi 74% di Samoa.Â
Lalu mengapa Bullying ini bisa terjadi? Apa yang dapat membuat seseorang melakukan hal yang keji dan buruk ini? Terdapat banyak sekali penyebab-penyebab yang berbeda untuk setiap pelaku mengenai mengapa mereka melakukan perundungan. Alasan-alasan mengapa seseorang melakukan perundungan tentu berbeda untuk setiap orang, maka berikut merupakan beberapa dari alasan - alasan tersebut.
1. Anggapan bahwa aksi tersebut hanya bercanda
Banyak sekali pelaku perundungan melakukan perundungan pada korban karena mereka hanya menganggapnya sebagai bahan candaan. Namun, terdapat batas yang jelas antara candaan dan perundungan. Psikolog dari klinik Personal Growth, Veronica Adesla, menyebut bahwa jika yang dimaksud adalah bercanda sesama teman, maka semua pihak harus sama-sama merasa senang dan menikmati tanpa ada yang merasa tersakiti. Sementara bullying atau perundungan terlihat jelas karena ada dua pihak yakni pelaku dan korban. Dalam konteks bullying, pelaku adalah pihak yang merasa lebih kuat dan korban adalah pihak yang dianggap lemah. "Disebut bullying ketika salah satu pihak yang diajak berinteraksi merasa tersakiti, baik fisik maupun perasaan (psikologis)," ungkap Veronica.
2. Anggapan bahwa Bullying dapat memperkuat mental korban
Hal ini merupakan sebuah motivasi bagi para pelaku korban untuk terus melakukan aksi perundungan karena anggapan bahwa mereka hanya melakukan hal yang baik bagi para korban. Namun walau melatih mental tentu merupakan sesuatu yang baik, pelatihan ini tidak boleh dilakukan dengan kekerasan yang dapat membuat korban ketakutan dan mengalami trauma dari perundungan tersebut. Sebagian besar perundungan membawa dampak buruk pada korban dimana korban tersebut akan terluka secara mental selama sisa hidup mereka karena perlakuan dari pelaku-pelaku perundungan. Meski terdapat sebagian perundungan yang akhirnya meningkatkan kekuatan mental korban, apakah sebenarnya sepadan melakukan aksi perundungan dengan alasan tersebut dengan kemungkinan besar bahwa korban tidak akan mendapat manfaat dari pengalaman tersebut melainkan rugi oleh karena hal tersebut bahkan sampai bunuh diri?
3. Kesalahan pola asuh keluarga yang terlalu keras
Kebiasaan menggunakan hukuman fisik sebagai cara mendidik anak yang berbuat salah bisa menjadi penyebab bullying. Pola asuh yang banyak melibatkan kekerasan fisik bisa membentuk karakter seseorang untuk menjadi lebih agresif dan kasar terhadap orang lain. Akibatnya, perbuatan untuk menindas orang lain pun tidak akan segan dilakukan. Tak hanya itu, hukuman yang diberikan biasanya akan membuat seseorang memendam emosi negatif, sehingga hal ini bisa membuat ia ingin melampiaskannya ke orang lain juga.
4. Pernah menjadi menjadi korban bully
Orang yang pernah mendapatkan perilaku bully, misalnya diejek atau dipukul, bisa menjadi pelaku perundungan terhadap orang lain. Ini merupakan salah satu bentuk pelampiasan akibat perilaku bully yang ia terima. Untuk mencegah hal ini terjadi, penting bagi orang terdekat untuk mengenali perubahan perilaku seseorang dan memberitahunya agar ia bisa menghadapi sikap ini dengan bijak.
5. Ingin dianggap populer
Beberapa orang terkadang ingin dikenal dan menjadi populer di lingkungannya. Namun, mereka bisa mencari ketenaran dengan melakukan hal yang tidak baik, termasuk bullying. Tidak jarang mereka akan meledek, menjahili, menggosip, dan mengucilkan orang lain untuk mendapatkan pengakuan. Perilaku ini juga termasuk salah satu bentuk peer pressure, jika bullying banyak dilakukan oleh teman di sekolah, kantor, atau tempat tinggal.
Perundungan sendiri apapun alasannya bisa menghasilkan berbagai macam dampak buruk bagi korban yang ditargetnya. Banyak sekali dampak negatif yang bisa dihasilkan akibat aksi perundungan ini. Berikut merupakan beberapa dampak negatif yang bisa dihasilkan akibat perundungan.
Masalah Kesehatan Mental:Â
Salah satu dampak paling serius dari perundungan adalah masalah kesehatan mental yang ditimbulkannya pada korban. Perundungan dapat menyebabkan stres kronis, kecemasan, depresi, bahkan pikiran untuk bunuh diri. Korban sering kali merasa terisolasi dan tidak berdaya, merusak harga diri dan kepercayaan diri mereka.
Penghambatan dalam Pembelajaran
Perundungan tidak hanya terjadi di luar lingkungan sekolah, tetapi juga di dalamnya. Korban perundungan sering kali kesulitan berkonsentrasi dalam belajar karena mereka merasa takut dan khawatir akan kekerasan yang mungkin terjadi di sekolah. Hal ini dapat mengganggu pencapaian akademis mereka dan menghambat perkembangan sosial-emosional.
Perilaku Destructif
Baik korban maupun pelaku perundungan dapat mengalami perilaku destruktif sebagai hasil dari pengalaman mereka. Korban mungkin mengalami peningkatan risiko penyalahgunaan zat, kecanduan, atau terlibat dalam perilaku berisiko lainnya sebagai cara untuk mengatasi dampak psikologis perundungan. Di sisi lain, pelaku perundungan cenderung mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dan bermakna di masa depan.
Menciptakan Lingkungan yang Tidak Aman
Perundungan tidak hanya memengaruhi individu yang terlibat, tetapi juga menciptakan lingkungan yang tidak aman dan tidak ramah bagi semua orang di sekitarnya. Hal ini dapat menghasilkan budaya sekolah atau tempat kerja yang menghargai kekerasan dan agresi, yang pada gilirannya dapat merugikan masyarakat secara keseluruhan.
Cara Mencegah Perundungan:
Pendidikan dan Kesadaran:Â
Salah satu langkah terpenting dalam mencegah perundungan adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang dampak negatifnya. Program-program pendidikan yang mempromosikan toleransi, empati, dan penghormatan terhadap perbedaan dapat membantu mengurangi insiden perundungan.
Intervensi Dini:Â
Sekolah dan organisasi harus memiliki protokol yang jelas untuk mengidentifikasi dan mengatasi perundungan sesegera mungkin. Intervensi dini dapat meliputi konseling untuk korban dan pelaku, serta langkah-langkah disiplin yang sesuai.
Pemberdayaan Saksi:Â
Saksi perundungan sering kali memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah kekerasan tersebut. Mendorong mereka untuk melaporkan insiden perundungan dan memberikan dukungan kepada korban adalah langkah yang efektif dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman.
Pengembangan Keterampilan Sosial:Â
Membantu individu untuk mengembangkan keterampilan sosial, seperti komunikasi yang efektif, empati, dan penyelesaian konflik, dapat membantu mengurangi insiden perundungan. Program-program ini dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah atau diselenggarakan secara terpisah.
Perundungan merupakan sebuah masalah serius yang mempengaruhi banyak sekali siswa-siswi dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan meningkatkan kesadaran, pendidikan, dan intervensi dini, kita dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung di lingkungan sekolah bagi semua orang. Setiap hal kecil yang kita lakukan seperti melerai aksi perundungan dapat membantu dalam menciptakan lingkungan yang lebih nyaman bagi semua orang.
Sumber:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI