Kita mengetahui bahwa Adam dan Hawa pernah berada di surga. Kisah ini tertulis di dalam Taurat dan al-Qur'an. Tetapi, dalam Taurat terjadi penyimpangan terhadap kisah Adam dan Hawa ketika mereka di Surga. Mereka saat di surga dapat menikmati setiap apapun yang mereka inginkan, tetapi Tuhan melarang mereka untuk mendekati suatu pohon dan memakan buahnya. Adam melanggar perintah tersebut, sehingga ia dikeluarkan dari Surga. Begitulah kisah mereka dalam al-Qur'an dan Taurat.
Penyelewangan kisah Adam yang dilakukan para pembaca Taurat
Kita akan bertanya "Pohon apakah itu?" Nampaknya, kisah ini diselewengkan oleh orang-orang yang membaca isi kitab Taurat. Mereka mengatakan bahwa pohon yang didekati oleh Adam adalah pohon yang terkait sisi kemanusiaan Adam dan bukan sisi kehewanannya. Dalam hal ini Adam memiliki dua kesempurnaan yang membuat Tuhan tidak menghendaki keduanya sekaligus. Pertama, kesempurnaan pengetahuan. Kedua, kekekalan di surga.
Adam telah memakan buah pengetahuan tersebut, sehingga terbukalah mata Adam. Seraya Adam mengatakan "Awalnya aku buta dan tidak mengetahui apapun, ketika aku memakan buah itu, terbukalah mataku dan aku dapat mengetahui. Sehingga aku dapat mengetahui baik dan buruk." Tuhan berfirman kepada Adam "Lihatlah! Aku tidak menghendaki Adam untuk memakan buah dari pohon pengetahuan dan epistemologi, yang mengakibatkan ia menjadi terbuka matanya. Sangat berbahaya jika Adam sampai mengetahui buah dari pohon kekekalan, yang akhirnya membuat ia menjadi kekal. Maka, aku keluarkan ia dari surga!"
Kisah Adam dalam Taurat ini menjadi penyelewengan sejarah yang begitu merugikan. Sehingga mereka mengatakan "Jelaslah, bahwa kisah ini terdapat kontradiksi antara agama dan pengetahuan. Adam harus beragama dan mematuhi perintah Tuhan, tetapi matanya tertutup atau ia memakan buah pengetahuan dan melanggar perintah Tuhan, tetapi matanya terbuka. Sehingga kian waktu di Eropa hadir sebuah ucapan "Andaipun seorang yang mengikuti Socrates mesti hidup dalam kesengsaraan dan kelaparan, itu lebih baik daripada menjadi budak." "Sehari saja aku hidup dengan mata terbuka, itu lebih baik daripada aku hidup selamanya dengan mata tertutup." "Aku lebih suka dalam neraka Jahanam dengan mata terbuka daripada berada di surga dalam keadaan buta."
Akibatnya, orang-orang Eropa menghadirkan sebuah pemikiran, yaitu adanya kontradiksi antara ilmu pengetahuan dan agama. Pemahaman ini bukan hadir dari para ilmuwan. Tetapi, akar pemahaman ini hadir dari dalam agama Yahudi dan Nasrani yang keduanya menganggap Taurat sebagai perjanjian lama dari kitab samawi. Di kitab ini disebutkan bahwa kalian mesti konsisten dan terus berpegang teguh pada agama, sehingga nantinya kalian akan masuk surga. Kalian akan dapat menikmati makan, minum, tidur serta dapat berkeliling ke berbagai penjuru surga, tetapi mata kalian tertutup. Jika mata kalian terbuka, maka kalian akan hidup dengan menderita dan menanggung berbagai beban penderitaan.
Murthada Muthahhari mengajak manusia memahami kisah Adam
Kita telah mengetahui bahwa dalam Taurat buah terlarang yang dimakan oleh Adam terkait sisi kemanusiaannya. Dalam al-Qur'an buah terlarang yang dimakan oleh Adam adalah terkait sisi kehewanannya. Sisi kehewanan Adam ini adalah hawa nafsu, keserakahan, iri, dengki yang secara istilah disebut dengan anti kemanusiaan. "Janganlah kamu mendekati pohon itu!" Artinya, janganlah kamu serakah. Tetapi, Adam menjatuhkan dirinya dari kemanusiaan dan mendekati pohon itu. Ia mendekati ketamakan, keserakahan, kedengkian dan sifat takabur, yaitu berbagai hal yang membuat nilai kemanusiaannya terjatuh. Sehingga Allah mengatakan "Keluarlah dari surga!" Kapan Allah mengusirnya dari surga? Allah mengusir Adam dari surga setelah Allah mengajarkan kepada Adam berbagai nama-nama (pengetahuan), dalam bentuk firman "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman: 'Sebutkan kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu orang yang benar!'" (QS al-Baqarah: 31).
Jadi sebelum Adam meninggalkan surga, matanya telah terbuka dan telah mengetahui berbagai rahasia alam. Ia seorang manusia dan bukan hewan yang matanya tertutup. Sudah dari awal Adam di surga dia adalah manusia, sehingga matanya terbuka dan ia dapat mengetahui. Adam dikeluarkan dari surga karena dia sudah keluar dari sisi kemanusiaannya.
Ilmu dan pengetahuan yang Adam miliki, ia masih terperdaya oleh hawa nafsunya, yang membuat Adam menjadi budak ketamakan dan keserakahan. Sehingga Allah menegaskan kepada Adam bahwa tempat ini (surga) merupakan tempat untuk manusia. Adam telah keluar dari kemanusiaan sehingga ia turun ke surga dan Adam tidak mengamalkan pengetahuan yang ia miliki.