Mohon tunggu...
Asyifa Rowdhotul Jannah
Asyifa Rowdhotul Jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa

If you want, then you can.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cukupkah Pendidikan Karakter di Sekolah?: Langkah Menuju Generasi Emas

12 Mei 2025   14:32 Diperbarui: 12 Mei 2025   14:32 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Karakter terdiri dari kesadaran moral dan kekuatan untuk mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan." ~ Thomas Lickona

Pendidikan Karakter di Sekolah

Setiap individu membawa karakter masing-masing sejak ia lahir yang terbentuk melalui keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekitar. Karakter yang baik akan menampilkan perilaku yang baik, begitupun sebaliknya. Lalu, apa itu karakter?

Karakter berasal dari bahasa latin character yang berarti watak, tabiat, dan kepribadian. Menurut Thomas Lickona (dalam Fadilah et al., 2021) karakter adalah sifat alami seseeorang dalam menanggapi suatu kejadian secara bermoral.  karenanya, terdapat teori yang masih menjadi perdebatan, yaitu teori yang menyatakan manusia terlahir baik dan sifat buruknya adalah hasil dari lingkungan dan pendidikan, sedangkan teori manusia yang terlahir jahat menyatakan bahwa manusia alaminya egois dan butuh pengawasan untuk menjaga ketertiban. 

Pendidikan karakter adalah upaya untuk membimbing individu dalam memenuhi standar baku dalam suatu lingkungan. Pendidikan karakter bukan hanya bertujuan mengenalkan kepada anak tentang mana yang benar dan mana yang salah. Melangkah lebih jauh, pendidikan karakter adalah upaya untuk menanamkan habits dalam diri anak sehingga anak mampu memahami, merasakan, dan menerapkan karakter-karakter baik dalam kehidupan sehari-harinya. 

Di sekolah, tentu anak akan mendapat pendidikan karakter dari gurunya. Karenanya, guru haruslah menjadi teladan bagi peserta didik guna menanamkan nilai-nilai karakter. Guru tentu akan menjadi panutan dan ditiru oleh peserta didik. Namun, tidak hanya sebatas guru yang mengajar yang akan menjadi contoh. Mulai dari tingkatan teratas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, staff tata usaha, petugas perpustakaan, akan menjadi contoh bagi peserta didik. itulah mengapa pentingnya menciptakan lingkungan pendidikan karakter yang utuh.

Selain itu, pembiasaan menjadi metode efektif dalam menerapkan pendidikan karakter bagi anak. Hal-hal yang dilakukan berulang secara terus-menerus, lama-kelamaan akan menjadi bagian tak terpisahkan dari diri anak. Di sekolah, anak akan menjadi peserta didik dan guru menjadi orang tuanya. Guru harus mampu menciptakan kegiatan positif sebagai pembiasaan bagi anak. Contohnya, sebelum memulai pembelajaran di kelas, peserta didik berdoa agar diberi kelancaran dan kemudahan dalam menerima pelajaran. Hal ini apabila dilakukan berulang akan menjadi kebiasaan dan anak telah menerapkan karakter religius dalam dirinya.

Cukupkah Pendidikan Karakter di Sekolah Saja?

Anak melakukan aktifitasnya di sekolah paling lama kurang lebih adalah sebanyak sembilan jam. Sisanya, di luar sekolah. Mampukah guru mengawasi aktifitas peserta didiknya di luar lingkungan sekolah satu persatu? Maka dari itu, tidaklah cukup rasanya apabila pendidikan karakter bagi anak hanya dilakukan di sekolah saja.

Di luar lingkungan sekolah, anak menjadi tanggung jawab orang tuanya. Lingkungan keluarga adalah lingkungan terdekat dan memiliki waktu paling lama bersama anak. Orang tua harus mampu menjadi teladan yang baik dan memberikan pembiasaan positif kepada anak. Sejak lahir, keluarga adalah yang pertama bertemu anak. Karenanya, karakter anak akan lebih banyak meniru anggota keluarganya. Pendidikan karakter juga perlu dilakukan di rumah. 

Orang tua juga harus mengawasi pergaulan anak. Lingkup pertemanan dan lingkungan sekitar juga menjadi faktor yang membentuk karakter anak. Tak sedikit anak yang terjerumus akibat salah pergaulan. Penting bagi orang tua untuk mengetahui dengan siapa anak bermain dan berteman. Terkadang, sudah baik pendidikan karakter di sekolah dan di rumahnya, namun ternyata pergaulan anak yang membuat karakternya menjadi buruk.

Oleh karena itu, pendidikan karakter di sekolah tidaklah cukup untuk membentuk karakter baik dalam diri anak, apalagi untuk mewujudkan generasi emas mendatang. Karakter tidak bersifat statis. Karakter dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Anak memerlukan perhatian extra untuk membentuk karakter baik dalam dirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun